KENDARAAN roda empat yang membawa kami melaju pelan ketika bersisian dengan kendaraan lain di kota Bima. Sempat terhenti karena lampu merah. Tapi kembali melaju karena tujuan. Kendaraan terlihat ramai di sore hari. Di kiri-kanan jalan terlihat gedung megah menantang langit. Orang-orang terlihat sibuk dengan segala kepentingannya.
Perjalanan kami kali ini, bukan sedang berwisata untuk menyaksikan kembali warisan masa lalu kota di bagian timur pulau Sumbawa ini. Kami datang berkunjung untuk mengambil bibit pohon yang tersebar di beberapa titik kota.Â
Seorang kawan menuntun kami menuju tempat pembibitan berbagai jenis pohon yang dirawatnya sejak lama bersama kawan-kawannya. Ia tidak saja memperlihatkan hasil kerja kerasnya, tetapi memberi kami puluhan bibit pohon tersebut untuk di tanam di beberapa lokasi di selatan kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Di satu kos-kosan, kami diperlihatkan hamparan jenis bibit pohon yang tingginya masih selutut. Puluhan bibit pohon masih terawat dengan cukup baik, walaupun beberapa sudah layu merona karena cuaca. Sejenak kami berbincang, sebelum diangkut ke mobil.
Tidak perlu hitungan jam, puluhan bibit pohon ini berhasil diangkut. Kawan-kawan ini berkisah tentang bagaimana mereka merawat puluhan bibit pohon ini dengan minimnya kesadaran masyarakat menjaga alam. Bahkan menurut salah seorang di antara mereka, untuk tanah saja terpaksa mereka membelinya dengan karung-karung kecil dengan merogok kantong sendiri.
Mendengar itu, saya mengangumi kerja keras dan ikhlas kawan-kawan ini. Untuk mendapatkan bibit, mereka memiliki hubungan baik dengan beberapa instansi di kota maupun kabupaten, walaupun dalam proses merawatnya, mereka urus sendiri sebelum di tanam. Â
Hari semakin sore. Kami pun bergegas. Untuk ratusan bibit pohon yang kami angkut hanya membayar secukupnya kepada kawan-kawan ini sebagai bentuk terimakasih atas niat baiknya. Pada mereka kami menaruh hormat. Di tengah persoalan hutan dan gunung yang setiap jengkalnya di babat oleh tangan-tangan yang tak bertanggung jawab, ternyata masih ada sekelompok pemuda yang memiliki kepedulian terhadap alam.
Ketika pemuda seusia mereka gagahan dengan motor baru sambil membonceng cewek pujaannya, malah kawan-kawan ini berlumpur dengan tanah lalu menanam bibit pohon ini di beberapa tempat di kota Bima. Mereka seolah menepikan segala ocehan orang karena seorang berpendidikan tinggi seperti mereka tetap mau mengurus bibit-bibit pohon di tengah padatnya bangunan kota.