SAYA bersemai dengannya. Selalu dalam dekapan. Mengisi hari bersama. Kami saling mengerti, memahami setiap ucap laku sebagai bagian dari perjalanan hidup. Kami merawat setiap inci perjalanan hidup hingga maut memisahkan. Di luar sana banyak mencibir, memaki, bahkan menjustifikasi kami seolah mengulang kisah Romeo-Juliet. Kami tak menggubris. Bersama waktu kami terus melaju. Menyulam kisah bersama demi merawat kisah berdua dalam suka duka lara.
Cinta kami selalu bersemi. Tidak pagi. Siang sore hingga malam selalu mekar mengukur waktu. Kami sama-sama menyadari akan duri serta jurang yang menganga setiap rute perjalanan yang kami lewati. Sampai saat ini, sebagian liku hidup kami selalu diperhadapkan dengan tanjakan yang kadang ingin menggoyahkan kebersamaan ini. Tangan kami masih kuat menggenggam. Tak cukup alasan untuk mengakhiri yang pernah di mulai.
Ketika bulan puasa datang menjemput, kami pun menyambutnya penuh antusias. Gembira penuh pengharapan ingin selalu bersua di bulan yang penuh rahmat ini. Karena tidak sedikit orang di kampung kami tidak lagi merasakan nikmatnya bulan puasa. Selain karena berjauhan jarak, juga lebih dulu di panggil pulang ilahi robbi. Kami masih beruntung berjumpa kembali untuk menikmati hangatnya kekeluargaan di bulan penuh rahmat ini.
Tapi jika tekad sudah bulat, maka akan pasti menggapai tujuan. Walaupun untuk sampai pada titik dimana harus berhenti akan menuai cobaan untuk menghambat langkah ke depan. Tekad adalah sebaris kekuatan yang menguatkan ikat pinggang dan memompa setiap gerak langkah menuju garis finis. Keraguan hanya akan memperlemah semangat. Maka diperlukan, keluarga, sahabat dan cinta kasih orang-orang terdekat yang selalu meraih tangan kita kala terpeleset dan ingin jatuh di jurang kehidupan.
Di sini masih  belajar. Belajar untuk bertindak pada tuntunan ilahi. Agar semua berarti dan memberi makna pada semesta. Bisakah pengharapan terwujud dalam hitungan hari yang terus melaju. Kepada yang maha kuasa pengharapan dialamatkan, agar impian berwujud menjadi kenyataan.