Hingga akhirnya saya memutuskan merantau sekian tahun dan alpa dari dunia yang memberi saya pengalaman hidup menjadi petani. Sekian tahun saya berada di tanah perantauan, hingga akhirnya saya kembali ke kampung halaman dan bergelut lagi dengan lumpur di persawahan.
Dan akhirnya hari ini, Selasa 6 April 2021 saya kembali ke sawah untuk membantu orang tua. Memotong padi hingga mengeringkan padi di bawah teriknya matahari yang kadang enggang menyapa semesta.Â
Bahkan malam, bapak harus menginap di sawah untuk menjaga padi. Sendiri. Hanya di temani seekor anjing liar yang memilih tidur dibawah gubuknya karena sering di kasih makan.Â
Sejak panen dan terang tanah, pagi-pagi saya sudah ke sawah. Membawa nasi dan kopi buat bapak. Dengan kuda besi yang saya kendarai, dan ketika malam masih menyisakan gelapnya, biasanya saya sudah sampai di sawah.
Walaupun dibesarkan dengan dunia pertanian tradisional, orang tua terlebih ibu ingin kami tetap mengutamakan pendidikan setinggi-tingginya.Â
Bagi ibu, pendidikan adalah hal utama walaupun dirinya tidak tamat sekolah dasar. Ibu selalu bilang dalam banyak kesempatan, hanya dengan pendidikan hidup bisa berubah. Menjadi petani tidak lantas mengabaikan urusan pendidikan.Â
Alhamdulilah mungkin dengan doa dan dukungannya kami ketiga anaknya bisa mendapat gelar perguruan tinggi hingga jenjang strata dua.
Orang tua memang luar biasa. Keduanya malaikat yang tak bersayap buat kami anaknya. Berkat bimbingannya kami optimis menatap hari. Seiring berjalan waktu, semoga kelak kami anak-anaknya mampu mewujudkan impiannya untuk berpijak di tanan suci. Kota Mekkah dan Madinah.Â
Semoga jalan terang menuju ke sana, Allah subhanahuwataAllah bukakan jalan. Kami hanya melangitkan doa, semoga disegerakan dalam waktu dekat ini. Dan kami yakin, jika yang maha kuasa berkehendak, maka tidak ada yang tidak mungkin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H