"Mau kemana bang" Tanyanya
"Ini mau ke situs so Langgodu bang, tapi tidak tahun jalan menuju lokasi" Jawab saya.
Mendengar jawaban saya, ia pun dengan semangat menunjuk dan menceritakan tempat serta sejarah penggalian kuburan dan sisa kehidupan masa lalu di So Langgodu.Â
Menurutnya beberapa tahun silam pernah ada pihak-pihak yang melakukan penggalian beberapa kuburan kuno di sepanjang areal situs. Bahkan ia menunjuk sisa-sisa penggalian di ladangnya. Saya hanya mendengar dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkatnya.
Setelah hujan perlahan redah, saya kembali melanjutkan perjalanan. Saya pamit pada anak muda itu. Dengan senyum merekah kami pun berpisah. Dan sebelum benar-benar sampai, saya sempat bertemu seorang haji dengan ikhlas mengantarkan saya untuk sampai ke situs.Â
Di bawah rintik hujan yang masih enggang pergi, kami mendaki bukit di sela-sela jagung. Kurang dari lima menit kami pun sampai. Terlihat beberapa peninggalan seperti kopa Ncuhi, tempat memasak serta lubang-lubang peninggalan di areal situs Langgodu. Camera saya pun mengambil beberapa gambar. Termasuk Haji yang menemani perjalanan saya. Â
Namun demikian, saya melanjutkan perjalanan ke timur untuk mengambil gambar beberapa peninggalan seperti air mancung, wadu ka juji, dan kursi raja. Jaraknya memang tidak terlalu jauh, tapi karena cuaca dan semak belukar yang sudah melewati kepala, membuat perjalanan menguras cukup energi.Â
Beberapa kali saya terjatuh karena licinnya medan. Bahkan baju hujan yang  saya kenakan robek di beberapa titik. Tapi alhamdulilah perjuangan saya untuk sampai di beberapa peninggalan di situs so Langgodu tidak lah sia-sia.
Saya hanya melangitkan doa semoga peninggalan ini masih bisa terawat dan jauh dari tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab. Agar generasi mendatang masih bisa menyaksikan peninggalan nenek moyangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H