Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Kisah Perjalanan Menuju Situs So Langgodu: Jejak Peradaban Masyarakat Hu'u

15 Januari 2021   17:04 Diperbarui: 15 Januari 2021   17:09 400
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEKIRA pukul 06.30 kendaraan roda dua yang saya kendarai sampai di Sekolah Menengah Kejuruan Bangun Negeri, Jumat, 15 Januari 2021. Belum ada orang. Nampak sepi. 

Motor saya parkirkan di samping gedung sekolah. Di langit, awan tebal tanda hujan akan segera turun. Dari kejauhan terlihat satu mobil pic up di tumpangi rombongan ibu-ibu menuju ladang. Suasana pagi begitu terasa dengan embun masih enggang pergi.

Sejurus kemudian saya bergegas menuju situs So Langgodu di bagian timur jalan raya lintas Lakey. Sendiri? Ya saya sendiri. Saya lebih senang sendiri.  Dengan berjalan kaki saya bisa lebih menikmati perjalanan. 

Ini kali pertama saya menuju situs so Langgodo dengan jalur yang baru. Saya hanya mengandalkan insting dan posisi gunung. Namun itulah yang membuatnya menarik sekaligus menantang.

Dokpri. Sisa kuburan di ladang warga
Dokpri. Sisa kuburan di ladang warga
Dokpri. 
Dokpri. 
Ngebolan kali ini saya hanya membawa camera Nikon buatan Thailand dengan jas hujan di tangan. Selebihnya handphone di kantong selalu setia setiap saat untuk men-jebret object selama di perjalanan. 

Mula-mula saya melewati ladang jagung warga yang sudah tumbuh seukuran satu tangan. Membentang hingga ke gunung. Dengan melewati jalan yang masih berkubang dimana-mana, membuat saya harus serba hati-hati.

Saya mencoba menikmati udara pagi. Gerimis mulai menyapa. Namun demikian, saya tidak begitu khawatir karena ada jas hujan. Tidak berselang lama setelah dua petak ladang di lewati dengan meloncati pagar pembatas, saya terpaksa melepas sepatu untuk menyebrang sungai. Tapi saya bersyukur airnya tidak begitu deras dan masih terlihat jernih.

Dokpri
Dokpri
Dokpri. Bersama anak muda pemilik ladang jagung
Dokpri. Bersama anak muda pemilik ladang jagung
Dokpri
Dokpri
Di perjalanan, mata saya tidak henti melepas pandang melihat posisi gunung. Karena dengan begitu saya bisa menentukan arah jalan. Saya mencoba mengikuti jalan  setapak dengan bekas kaki kerbau yang masih basah. 

Beberapa langkah setelah melewati gubuk yang sudah tidak terawat, saya tiba-tiba dihadang segerombolan kerbau. Karena tidak ingin menganggu, terpaksa saya harus melewati jalan lain. Karena semua mata kerbau dengan sigap menatap ke arah saya. Saya sedikit khawatir dibuatnya. Tapi saya cepat  berlalu.

Lagi-lagi saya harus melewati sungai kecil untuk masuk ke ladang warga. Dari atas bukit, terdengar suara seseorang memanggil dari arah gubuk kecil di pinggir ladang jagung. Saya pun menghampirinya. 

Belum sampai di sumber suara, tiba-tiba tanpa permisi hujan mengguyur punggung bukit yang saya lalui. Saya pun mempercepat langkah agar tidak basah. Dan akhirnya pun sampai.

Dokpri. So Langgodu
Dokpri. So Langgodu
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dan ternyata penghuni gubuk adalah seorang anak muda yang sabang hari selalu menjaga ladang jagungnya dari gangguan hewan ternak. Ia menyilakan saya naik di gubuknya agar tidak terkena hujan. Sesaat kemudian ia pun bertanya maksud perjalanan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun