SEKOLAH Menengah Bangun Negeri (SMK BN) bisa saja berada jauh dari ibu kota negara. Juga tidak masuk radar media nasional. Mungkin tidak dibahas khusus oleh anggota dewan di senayan sana. Bahkan masih asing bagi Nadiem Makarim menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Tapi jangan pernah tanya bagaimana cinta warga SMK BN kepada bangsa ini. Jangan ragukan ketulusan kami terhadap ibu pertiwi. Di sini anak negeri selalu lantang menyanyikan lagu Indonesia raya. Mereka sangat fasih menyebut nama Soekarno dan Moh. Hatta sebagai bapak proklamator.
Jangan pernah mengorek rasa kebangsaan SMK BN kepada negeri ini. Setiap saat guru di sini menghamparkan kecintaan anak negeri kepada Indonesia. Jangankan menghafal wilayah Indonesia dari Sabang hingga Merauke dan dari Miangas hingga pulau Rote. Sejarah ke-mahakuasa-an Sriwijaya dan Majapahit yang telah mampu menyatukan wilayah Nusantara di masa lalu seolah menjadi bumbu dalam pembelajaran.
Para suporter bisa saja melangitkan garuda di dadaku ketika sebelas pemain bola tanah air kita berada di lapangan hijau. Mereka memberikan semangat  serta dukungan dengan yel-yel yang membahana di udara. Indonesia di puja sebagai pemersatu atas semua perbedaan.
Tidak ada sentimen agama, kelompok, golongan bahkan sentimen kesukuan. Indonesia kembali menjadi rumah bersama, karena garuda di dada menjadi simbol persatuan.
Indonesia menjadi kebanggaan  bersama, yang harus tetap dijaga, dirawat serta di bangun untuk melanjutkan cita-cita pendiri bangsa di masa lalu. Cita-cita luhur itu harus menjadi motivasi dalam melanjutkan kehidupan berbangsa dan bernegara hari ini.
SMK BN mengambil bagian sebagai lembaga pendidikan yang berkomitmen berada di garda terdepan dalam mendidik anak negeri demi mewujudkan cita-cita luhur founder fathers. Indonesia tidak perlu meragukan komitmen ini.
Anak negeri yang jauh dari pemangku kekuasaan ini bisa jadi lebih jujur, lebih ikhlas dalam merawat Indonesia, di banding mereka yang sering mengucap kita Indonesia. Tapi sejurus kemudian tertangkap tangan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi.
Indonesia tidak perlu ragu dengan cinta SMK BN terhadap ibu pertiwi. Jika kelak menyapa, lihatlah bagaimana kami memegang bendera merah putih. Bagaimana siswa belajar membawa dan mengibarkan bendera hingga ke tiang tertinggi. Mereka begitu khidmat dalam merapalkan doa bagi pahlawan di saat mengheningkan cipta.
Indonesia, kami di sini masih mengharumkan namamu. Mengucapkan namamu sesering mengucap nama Tuhan kami pada saat sembahyang. Tidak ada alasan kami menghianati keberadaan mu. Timor Leste bisa saja lepas. Tapi Indonesia tetap selalu di hati. Hari-hari siswa di SMK BN ada untuk Indonesia.
SMK BN memang dekat dengan  gunung dan tidak jauh dari laut. Tidak berdampingan dengan  mall apa lagi pusat pemerintahan. Tidak ada kemacetan. Bahkan siswanya tidak pernah diundang show seperti di acara Opera Van Java. Bahkan untuk mengikuti lomba ke ibu kota kabupaten, pihak SMK BN harus menggelontorkan anggaran dengan menaiki mobil pic up.