LANGIT tidak secerah biasanya. Awan tebal selalu menghiasi langit di bulan Desember. Hujan cukup sering membasahi tanah. Jika cahaya mentari menyapa semesta, itu tak sesering  biasanya. Ia hanya datang dengan sesekali menengok, dengan cahayanya menyapu semesta.
Hujan  selalu datang. Memberikan  kehidupan pada tumbuh-tumbuhan. Para petani riang gembira. Karena sawah, ladang kembali bisa ditanami tanaman. Petani mulai disibukkan dengan  segala persiapan untuk menanam.
Hujan  memberikan keberkahan. Membuka asa. Menumbuhkan harapan petani, bahwa kehidupan masih menyisakan segenggam optimisme untuk terus melambungkan asa di masa mendatang. Sesuai firman Tuhan yang dikonfirmasi dalam Al-quran surat Qaaf ayat 9 "kami menghidupkan sesuatu menjadi hidup dengan  air yang turun dari langit, yaitu menghidupkan hewan, tanaman dan pepohonan. Air hujan inilah sebab kami menghidupkan sesuatu".
Ayat ini memberikan  gambaran kepada umat manusia, bahwa Tuhan dengan air hujan  yang diturunkannya dari langit, akan memberikan keberkahan dan kehidupan bagi semesta. Air hujan menghidupkan kembali keterputusasaan mahluk untuk hidup di bawah keringnya dunia.
Dunia akan kembali segar, asri dengan pepohonan yang akan mulai menghijau kala hujan membasahi tanah. Gemericik air di pematang sawah akan sering terdengar. Sungai-sungai mulai terbiasa dengan banjir. Ikan gegap gembita menyambut. Dingin menyekap kala malam menyambut. Hujan datang seolah ingin mengatakan panas dunia kini saatnya diganti dinginnya hujan. Â Semua silih berganti, walau tak ada yang abadi.
Hari ini, Minggu 20 Desember 2020 kala sore menyapa. Hujan membasahi tanah perkampungan dimana saya pernah dilahirkan. Bersama dengan si buah hati, saya mengajaknya menyambut hujan  di bulan Desember dengan penuh gembira ria. Ketika kambing dan ayam berlarian berteduh di bawah atap rumah. Kami bermandi hujan  dengan canda tawa penuh kebahagiaan.
Tiba-tiba saya teringat masa kecil. Kala itu, kami anak-anak kampung selalu menunggu hujan turun membasahi bumi. Ketika hujan  datang, kami akan berlarian ke sawah. Berkelompok. Sambil melepas pandang untuk mencari burung. Kami terbiasa mengejar burung. Beramai-ramai. Bahkan hingga masuk di semak belukar. Jika ada yang mampu menangkapnya, kami rayakan secara bersama. Bahkan tidak jarang, kaki dan badan baru terasa sakitnya ketika sudah sampai di rumah.
Kini, ketika kembali menikmati dinginnya hujan Desember. Lapisan-lapisan masa lalu kembali berseliweran di benak. Ingin  saya ceritakan semuanya. Tapi apa daya masa itu hanya bisa di kenang. Dan kini, saya hanya bisa mengulangnya bersama jagoan kecil yang kini tumbuh bersama lajunya waktu.
Hujan Desember adalah hujan akhir tahun. Dimana semua kisah setahun berhenti di sini. Kelak hanya di kenang dan menjadi history. Semoga keberkahan hujan Desember, memberi jawaban atas semua mimpi di tahun mendatang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H