MENURUT saya kerja seorang jurnalis sama halnya dengan kerja seorang peneliti. Turun ke lapangan; observasi, interview, analisis, menulis dan menyajikannya. Bahkan rumusnya pun tidaklah jauh berbeda, dengan mengendepankan pertanyaan 5 + 1 H (what (apa) who (siapa) , why (mengapa), when (kapan), where (dimana) & how (bagaimana).
Rumus tersebut pertama kali saya dapatkan ketika mengikuti kegiatan jurnalistik tingkat dasar di zaman mahasiswa dulu. Awalnya saya sangat buta dengan dunia jurnalistik. Dan setelah itu, saya pun  bergabung dengan unit kerja pers mahasiswa. Saya pun mencoba mendalami ilmunya.
Beberapa kali saya di tugaskan oleh senior ketika ada kegiatan mahasiswa di kampus untuk meliput. Awalnya saya agak kikuk dan tidak percaya diri. Sekarang pun masih. Namun demikian saya mencoba menikmatinya. Dan setiap ingin menulis, saya selalu menyempatkan waktu terlebih dahulu membaca tulisan-tulisan senior. Pasalnya, ada banyak tulisan-tulisan senior yang saya gemari dan itu cukup membantu ketika saya merangkai kata dalam tulisan.
Tapi keaktifan saya dalam dunia jurnalis ini tidak berlangsung lama. Saya tidak sepandai teman-teman yang lain. Saya seolah merasa tidak berbakat untuk menjadi seorang jurnalis yang baik. Saya merasa gagal ketika ingin menuliskan sesuatu. Bahkan setiap ingin menulis, saya dihantui oleh perasaan gagal.
Namun sejak menjadi pendidik di salah satu sekolah negeri di kota Mataram, saya bersahabat dengan seorang guru yang memiliki jaringan media. Mengenalnya seolah membangkitkan  kembali semangat menulis saya yang pernah vakum puluhan tahun. Ia selalu memberikan keyakinan kepada saya tentang dunia kewartawanan. Memang di zaman mahasiswa, saya belum pernah aktif secara profesional di dunia yang di kenal dengan sebutan 'kuli tinta' ini.
Karena sering berdiskusi tentang tulisan dan media. Akhirnya ia memberikan jaringan link media kepada saya. Tidak cukup sampai di situ, ia pun menghubungkan saya dengan teman-temannya yang memiliki media. Sejak saat itu, saya mencoba mengirimkan tulisan. Dan hampir semua tulisan yang saya kirim selalu dimuat. Karena tidak ada yang lebih membanggakan bagi seorang penulis, ketika tulisannya di muat dan dibaca publik.
Pada akhirnya setelah berjalan kurang lebih tujuh bulan, saya di berikan kepercayaan untuk mengelola satu link media online. Di situlah tulisan selalu saya muat, selain memiliki dan mengelola blog sendiri. Namun demikian, dari kurang satu tahun berkecimpung di media online saya mendapatkan banyak pelajaran.
Semua tidak berjalan mulus seperti jalan tol. Ada banyak tantangan yang saya lewati, mulai dari berurusan dengan kepolisian karena tulisan, sampai ancaman beberapa orang yang datang silih berganti. Tapi semua itu saya tabah menghadapinya, dan alhamdulillah semuanya baik-baik saja.
Bahkan selama aktif di media online saya tidak pernah mendapatkan honor. Tapi karena menjadi hobi, saya menikmatinya saja. Bahkan  tidak sedikit orang yang bertanya tentang pendapatan saya dari media. Ketika saya jawab tidak ada, malah mereka menyayangkannya.
Saya meyakini tidak ada yang sia-sia dalam hidup ini. Semua akan ada hasilnya dari setiap yang kita tanam. Dan salah satu yang saya syukuri adalah ketika saya mengenal banyak orang, bahkan sampai tingkat pejabat karena lewat media.
"Kalau bung Raden't aktif di media, nanti akan banyak mengenal orang, termasuk pejabat. Bahkan tulisan-tulisannya akan ada pihak yang meliriknya. Ujar sahabat itu suatu hari.
Apa yang dikatakannya, ternyata saya alami saat ini. Dimana saya mulai mengenal dan bahkan di kenal orang, bahkan beberapa pejabat penting di  kabupaten. Saya mencoba menikmati prosesnya, dan harapannya semoga akan indah pada waktunya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H