Dalam berbagai hajatan; sunatan, selamatan, pernikahan, umumnya dilaksanakan secara meriah di kampung saya, Dusun Kuta, Desa Rasabou, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu-NTB. Biasanya acara pernikahan dan sunatan dilaksanakan setelah usai musim panen.Â
Walaupun tidak selalu demikian. Namun biasanya demikian. Tapi belakang ini, acara pernikahan dilangsungkan pada saat musim kemarau melanda.Â
Rabu ini, 21 Oktober 2020, tetangga saya sedang melakukan persiapan akhir sebelum menggelar acara pernikahan keesokan harinya. Segala kebutuhan disiapkan sejak jauh-jauh hari agar acara lancar.
Salah satu yang cukup menonjol adalah persiapan konsumsi. Ibu-ibu terlihat sangat sibuk memasak segala jenis makanan. Sebagai tetangga yang baik, ibu saya juga ikut ambil bagian dalam persiapan tersebut. Kalau pun ibu pulang ke rumah, paling sholat atau hal-hal yang penting saja, selebihnya waktunya banyak dihabiskan di tempat hajatan.Â
Satu warga punya hajatan, hampir semua warga akan mengambil bagian. Mereka memberikan kontribusi dan sumbangsih tanpa pamrih. Ibu-ibu biasanya akan sibuk di dapur. Sedangkan untuk yang bapak-bapaknya akan mengatur baruga, memotong kayu, dan menyembelih hewan; kerbau, sapi, ayam maupun kambing.Â
Acara pernikahan tetangga saya kali ini menyembelih dua ekor kambing dan satu kerbau. Melihat beberapa warga mulai terlihat kumpul di pagar dekat rumah, saya pun ikut nimbrung untuk membantu.
Saya mencoba membantu sebisa yang bisa saya lakukan. Kambing yang disembelih kemudian diikatkan kakinya lalu digantungkan disebuah pohon, sejurus kemudian dikupas kulitnya dengan menggunakan pisau yang tajam.
Selain memegang, saya pun ikut mencoba untuk mengiris daging kambing yang masih cukup segar terlihat. Lalu kemudian ibu-ibu datang menyodorkan ember untuk menampung daging kambing yang sudah dipotong-potong.
Untuk menyembelih kambing tentu harus ada yang memiliki keahlian khusus dalam bidangnya. Sebab, rasa daging kambing yang nantinya sudah dimasak sangat bergantung siapa yang menyembelihnya. Bagaimana korelasinya, sejauh ini saya belum benar-benar tahu. Tapi, masyarakat meyakini demikian.
Ketika olahan daging yang sudah dimasak, baik yang bersahabat dengan lidah penikmat maupun ketika rasanya hambar, selalu akan dipertanyakan siapa yang menyembelihnya. Pandangan ini entah sejak kapan diungkapkan, saya sendiri belum tahu.
Menurut saya, kenapa tidak disalahkan yang memasak maupun yang menghidangkannya? Bukankah merekalah yang harus lebih tepat disalahkan jika rasanya tidak sesuai dengan lidah penikmat? Merekalah yang menentukan berapa banyak garam, micin, dan lain-lain. Malah si penyembelih yang menjadi pihak tertuduh.
Inilah pandangan yang sudah mengawet dalam pikiran kolektif masyarakat. Saya hanya bisa memakluminya saja, tanpa pernah menginisatif menyanggahnya.Â
Kambing adalah salah satu hewan pilihan yang akan disembelih ketika ada hajatan. Terlebih hajatan pernikahan atau sunatan. Seolah tidak afdol sebuah acara jika tidak ada daging kambingnya.
Walaupun sebenarnya tidak ada ketentuan khusus, bahwa harus ada kambing yang mesti disembelih ketika ada hajatan. Namun karena sudah tradisi, tentu ini seolah menjadi suatu keharusan bagi warga kampung.Â
Terlihat mudah, tapi jika dilakukan, tangan kita harus serba hati-hati agar tidak salah arah pada saat ujung pisau menggores kulit kambing. Mengupasnya tentu penuh dengan teknik. Pengalaman tentu menjadi sesuatu yang penting untuk memperlancar pada saat melakukannya.Â
Satu hal yang membuat saya terkagum-kagum dan bangga tinggal di kampung, yakni solidaritasnya yang tinggi. Mereka akan merasa bersalah jika suatu hajatan tidak sesuai espektasi bersama. Dan sebaliknya, akan merasa bangga jika suatu acara berjalan dengan sukses.
Hajatan di kampung, menjadi medium bagi warga kampung untuk berkumpul, bersilaturahmi dan mempererat rasa persaudaraan sesama warga kampung.
Apakah solidaritas ini akan tetap mengawet dengan arus globalisasi yang kian menghujam banyak sendi dan tradisi budaya kita saat ini? Entah lah, biarkan waktu yang akan menjadi saksi atas apa yang akan terjadi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI