Sehingga tidak perlu heran, ketika ada sebagian yang sedang memanen, dan sebagian lagi sedang menanam.
Tanaman yang ditanam warga sangat beragam. Ada yang menanam jagung, ubi jalar, padi, ketimun, cabe merah, terlebih bawang merah. Untuk komoditi yang terakhir ini, merupakan komoditas yang banyak ditanam oleh masyarakat setempat.Â
Selain karena tidak mengenal musim, juga harganya yang sangat mahal. Bahkan bawang dari Bima memiliki ke khasan tersendiri.
Sehingga menjadi salah satu komoditas yang meramaikan pasar di luar provinsi seperti di pelabuhan Paotere (Makassar) dan pasar Klungkung (Bali) .
Tidak hanya karena pahlawan yang pulang dari medan laga, negeri ini bisa tahan banting seperti sekarang ini. Tetapi juga karena jasa petani sehingga negeri ini bisa berdiri kokoh dan kuat.
Sebab, jika berkaca pada sejarah, petani memainkan peran penting untuk memenuhi ketahanan pangan dalam negeri, walaupun petani di negeri ini masih jauh dari kata sejahtera.Â
Mereka kadang kala, menjadi komoditas politik seperti sekarang ini. Janji-janji politik begitu mudah terucap dari mereka yang sok berpihak kepada petani, tanpa mengerti betul apa yang petani inginkan.
Dalam keadaan terduduk, sesekali saya melihat dahan semak belukar mendayung di hempas angin. Dan sejurus kemudian, para petani sedang berjibaku dengan tanamannya.
Sengatan matahari menjadi tidak berasa, karena sadar bahwa dapur di rumah harus tetap mengepul. Anak mereka harus tetap melanjutkan pendidikan, walau tidak mudah untuk menjalani hidup di negeri salah urus ini.
Tiba-tiba istri saya mengajak untuk segera pulang. Kemudian saya meraih keranjang berisikan ubi jalar untuk kembali melanjutkan hari demi masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H