Namun pak Nursaat memiliki pandangan sendiri. Baginya membantu sesama merupakan sesuatu yang utama. Kalau persoalan rezeki nanti akan bisa datang dari mana saja, asalkan melakukan sesuatu dengan  dasar keikhlasan. "Membuat orang lain senyum serta senang karena kita membantunya, akan mendatangkan kebahagiaan tersendiri bagi saya" Tuturnya.
Pada diri Pak Nursaat, saya mempelajari nilai keikhlasan, kebaikan dan rasa welas kasih terhadap sesama. Ketika banyak orang berusaha menambah pundi-pundi rupiah dengan berbagai cara dan usaha termasuk tempat penginapan. Justru Pak Nursaat menggratiskan-nya kepada semua orang.
Memang benar kata orang bijak, akan selalu ada dalam hidup ini orang-orang baik yang Tuhan  titipkan bagi sesama. Selalu ada secercah cahaya di dalam hasrat banyak orang ingin memperkaya diri. "Merasa kurang atas apa yang kita miliki, itu tandanya kurang bersyukur". Ucapnya ketika bercerita di beranda rumahnya.
Karena kebaikannya, ada saja dari mereka yang pernah dibantunya memberikan ucapkan terimakasih dengan memberikan sesuatu kepadanya. Bahkan ada seorang pendaki gunung Rinjani dari Lampung, Sumatra yang pernah nginap di tempat penginapannya mengirimkan mesin rosting kopi untuknya.
Pak Nursaat selain menggeluti berbagi profesi, juga memiliki kebun kopi seluas 2,5 hektare di kaki gunung Rinjani. Dari lahan itu, tumbuh beberapa jenis kopi seperti Robusta, Arabika dan kopi Flung (Malang Sari). Dari sekian  kopi yang pak Nursaat miliki, kopi Arabika yang paling unggul. Kopi ini memiliki rasa dan aroma yang berbeda dibandingkan dengan kopi-kopi yang lain, dan banyak pula peminatnya.
Semua proses, mulai dari memetik hingga merosting, Pak Nursaat melakukannya sendiri dengan di bantu oleh anak dan istrinya. Bahkan proses penumbukan masih dilakukannya secara manual. Walaupun kendala yang masih di keluhkan-nya hingga kini, yakni belum tersedianya alat pemecah kulit kopi kering.
Pak Nursaat telah menjadi mata air inspirasi  bagi semesta. Dia telah menjadi embun bagi panasnya dahaga para pendaki gunung Rinjani yang harus memutar otak karena kurangnya rupiah untuk suatu keperluan. Kepadanya semesta harus berguru, bahwa hidup akan begitu indah jika banyak tangan-tangan yang mengulurkan kebaikan bagi sesama, seperti yang dilakukan oleh pak Nursaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H