Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kadang Hidup Memang Demikian, tapi Kita Membutuhkan Pegangan sebagai Penguat

27 Juli 2020   05:56 Diperbarui: 27 Juli 2020   05:59 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


JALAN hidup kadang tak ada yang bisa memastikan. Kadang kita merencanakan sesuatu, namun pada akhirnya juga tidak demikian yang terjadi. Kadang sesuatu yang terjadi diluar apa yang diinginkan, dimaumi dan diharapkan. Sehingga kadang menyeret kita pada prasangka serta asumsi yang justru menyesatkan hati dan pikiran.

Demikian lah hidup ini. Kadang kita mengutuk sesuatu, karena tidak menginginkannya, namun di lain hari ternyata itu yang lebih baik buat kita. Patahan episode kehidupan mengandung banyak hikmah, makna, serta pelajaran jika jeli serta mampu mengambilnya sebagai penguat untuk melangkah di kehidupan selanjutnya.

Dok. Nurmaulina
Dok. Nurmaulina
Memang begitu lah kehidupan ini. Namun di lain sisi, kadang ada hasrat yang selalu mendorong untuk mewujudkan sesuatu. Jika hal itu tak terwujud, maka tak sedikit di antara kita merasa kehidupan tak berpihak pada kita.

Jika demikian, tak sedikit orang mencari kambing hitam, walaupun banyak kambing putih di sekitar rumahnya. Sibuk menyalahkan, menghakimi, bahkan  tak sedikit pula mengeluarkan sumpah serapah yang dialamatkan pada sesuatu.

Dalam situasi seperti itu, kadang hidup dianggap sudah diujung tanduk. Kita menyerah, pasrah, dan menyalahkan keadaan. Situasi pelik seperti itu, kita tentu membutuhkan pegangan, pijakan agar kembali berdiri untuk menantang hari.

Kita butuh penguat untuk kembali berlari, melaju bersama waktu. Meneriakan kepada semesta, bahwa kita cukup kuat untuk menghadapi segala cobaan hidup.

Dok. Nurmaulina
Dok. Nurmaulina
Tapi tidak sedikit pula dari kita, merasa semuanya sudah berakhir. Hari-hari meratapi nasib, dan seolah kita yang paling dicampakkan oleh kehidupan. Kita berada pada nasib yang tak beruntung, dan menyesali sesuatu yang di alami kenapa harus hadir di dalam kehidupan kita. Dan kenapa tidak menghampiri kehidupan orang lain.

Yang pasti semua kita pernah berada dalam roda kehidupan yang paling menyakitkan. Merasa paling dipalingkan oleh semesta. Semua tak perduli dengan kehidupan kita. Semua menjauh, menghindar, berpaling, seolah kita tidak penting untuk mereka. Kita tidak dibutuhkan, dihinakan, diremehkan, dihujat bahkan kita tidak diakui eksistensinya.

Karena semua itu pernah dialami banyak orang di antara kita. Maka yang membedakan antara satu dengan yang lain, bukan terletak pada masalah yang dialami. Tapi, terletak pada respon dan tanggapan terhadap apa yang sedang terjadi. Ada orang ketika merasa tidak punya sesuatu, dianggapnya biasa-biasa saja dan menganggap hal itu bukan sesuatu yang perlu dipersoalkan.

Juga kadang di antara kita dengan masalah yang sama, dianggapnya sesuatu yang sangat menyakitkan dan memukul kehidupannya sehingga berada pada lapisan sosial kehidupan yang tidak mengenakan.

Dengan demikian, marilah kita menguatkan  diri, mawas diri, welas kasih untuk mencoba memaknai setiap kepingan kehidupan ini dengan bijak. Mari merangkul, menjadi embun bagi yang lain, yang kemudian membasahi setiap karatan hidup yang menghujam setiap saat. Bukankah setiap masalah pasti akan berlalu, walaupun akan meninggalkan jejak sebagai pelajaran bagi semesta.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun