Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Ketika Sepak Bola Menguatkan Kebersamaan Masyarakat Desa Daha

6 Juli 2020   10:56 Diperbarui: 6 Juli 2020   18:28 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Masyarakat Desa Daha Menyaksikan Pertandingan

SEPAK bola merupakan olahraga sejuta umat. Walaupun familiar dimainkan oleh kaum Adam, juga sangat digemari kaum Hawa.

Permainan yang mengejar dan menendang bola ini telah menghipnotis banyak kalangan. Seseorang bisa bergadang semalam suntuk, hanya untuk menonton kesebelasan yang digemarinya. Sepak bola bukan hanya milik komunitas atau negara tertentu, tapi sudah menjadi milik warga dunia.

Hari ini, Minggu sore 5 Juli 2020, saya datang untuk menyaksikan penyelenggaraan bola mini dan bola dangdut di lapangan sepak bola desa Daha, Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.

Sebelum pertandingan dimulai, sesuai adat dan kebiasaan pertandingan bola di masyarakat pedesaan, terlebih dahulu diawali dengan acara pembukaan.

Dokpri. Fadli, kepala Desa Daha, saat sambutan
Dokpri. Fadli, kepala Desa Daha, saat sambutan
Dokpri. Erwin  Ketua Karang Taruna Desa Daha
Dokpri. Erwin  Ketua Karang Taruna Desa Daha
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Walaupun berlainan desa, saya datang mencoba nimbrung di antara jajaran kepanitiaan, duduk di bawah tenda menyaksikan sambutan-sambutan. Mulai  dari sambutan ketua panitia hingga dibuka secara resmi oleh kepala desa setempat. 

Dalam sambutan tersebut, saya menangkap tentang pentingnya solidaritas, kebersamaan, kekompakan serta dukungan dari semua stakeholder dalam mendukung pelaksanaan kegiatan yang diberi tema 'Daha Cup II'.

Setelah acara sambutan selesai, pluit panjang dari salah seorang wasit sambil memberikan arahan kepada seluruh pemain dan ofisial kedua kesebelasan, tanda bahwa pertandingan akan segera dimulai. 

Sedari awal masyarakat yang di dominasi kalangan ibu-ibu ini, yang sebelumnya duduk beberapa meter dari lapangan, berbondong-bondong memadati pinggir lapangan.

Kelompok suporter ini sengaja datang untuk memberi dukungan yang luar biasa kepada anak-anak mereka yang bermain.

Sebelum acara pembukaan saja, sayup-sayup terdengar kelompok suporter ibu-ibu ini, sudah ngomel-ngomel kenapa pertandingan belum saja di mulai. Mereka duduk berkelompok-kelompok, dan nampaknya sesuai dengan kesebelasan mana yang mereka dukung. 

Sambil ngobrol satu sama lain, saya menyaksikan dari jarak yang tak terlalu jauh, beberapa ibu-ibu ini memberikan semangat kepada buah hatinya dengan merapikan baju, memegang tangan, dan bahkan berteriak kepada beberapa pemain yang seluruhnya anak-anak yang berlarian di sekitar lapangan untuk melakukan pemanasan, sembari  menunggu pertandingan dimulai.

Dokpri. Masyarakat Desa Daha Menyaksikan Pertandingan
Dokpri. Masyarakat Desa Daha Menyaksikan Pertandingan
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Sepak bola di pedesaan, terlebih desa Daha yang mayoritas masyarakatnya teruji oleh sejarah desa. Ketika ada turnamen sepak bola yang melibatkan team desa di tingkat kecamatan, maka mereka akan datang, memacetkan jalanan, dan memadati lapangan sepak bola, dengan dukungan yang tak kalah dengan suporter-suporter bola yang ada di layar kaca. 

Sebagai  penonton dari desa tetangga, saya menyaksikan antusias masyarakat desa Daha dalam turnamen sepak bola cukup luar biasa. Tua, muda, dan bahkan anak-anak menyatu dalam satu semangat, yakni mendukung kesebelasan kampungnya.

Di pedesaan, terlebih Desa Daha, sepak bola tidak hanya bicara kalah menang, tapi telah mampu membangun, menguatkan solidaritas, serta kebersamaan antarwarga desa.

Sepak bola menjadi pesta rakyat, dimana hampir semua lapisan sosial masyarakat desa, akan datang menyatu dengan yang lain. 

Sepak bola telah menjadi wadah perjumpaan, pertemuan, dan ajang silaturahmi seluruh elemen desa. Walaupun lapangan dimana pertandingan diselenggarakan, hanya di tengah sawah yang luas, dengan kondisi lapangan jauh dari kata layak dibandingkan dengan lapangan-lapangan bola yang ada di perkotaan.

Namun, hal itu bukanlah alasan bagi masyarakat untuk mengurungkan niat untuk tidak menyelenggarakan sebuah turnamen.

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Lebih dari itu, dengan menyaksikan  ibu-ibu yang luar biasa mendukung anak-anaknya bermain bola, yang disaksikan puluhan mata penonton, membuat hati saya basah. 

Bagaimana seorang ibu, berteriak, bahkan memaki wasit, protes kepada panitia, ketika anaknya terjatuh, dan ketika anaknya berhasil mencetak gol, ibunya dari pinggir lapangan seolah tak kehabisan suara untuk berteriak dan merayakan sembari loncat-loncat, karena anaknya mampu melakukan kerja besar di tengah lapangan, yakni mencetak gol. Luar biasa saya takjub melihatnya.

Pertandingan bola di sore hari yang di kelilingi persawahan yang luas, gunung menjulang tinggi di arah timur dengan angin persawahan memberikan kesejukan kepada para penonton yang hadir menyaksikan pertandingan. 

Walaupun agak sedikit berjarak dari perkampungan, namun tidak menyurutkan semangat masyarakat desa Daha untuk menyaksikan turnamen sepak bola.

Mereka tidak mengeluhkan keadaan, walaupun harus melewati jalan yang berdebu dan juga jalanan yang belum diaspal.

Walaupun baru hari pertama, pertandingan bola mini dan bola dangdut desa Daha ini, telah mampu menghipnotis masyarakatnya untuk menyatu dalam satu wadah yakni sepak bola.

Tentu harapannya, sebagaimana dalam sambutan, Fadli selaku kepala desa setempat, bahwa lewat turnamen bola tersebut, telah memompa antusias serta kebersamaan semua elemen di desa Daha, ini terlihat dalam turnamen bola mini dan bola dangdut tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun