Perhari ini, nasi telah menjadi bubur. Gunung telah gundul, hasil panen jagung warga sudah dinikmati dan air bersih mulai tidak tersedia di perkampungan. Terjadi ambivalensi antara kebutuhan akan air bersih dengan upaya terus menerus membuka lahan dengan membabat habis gunung untuk menanam jagung.
Sampai kapan ini terus terjadi, mungkin sampai bencana itu datang untuk menyadarkan semua pihak yang masih tidur pulas demi kerakusan ambisi segelintir orang yang akan berdampak bagi semua pihak. Mungkin kita akan menyadari ayat tuhan ketika bencana sudah menimpa. Bukankah Tuhan sudah memberikan peringatan dalam surat Ar-Rum ayat 41, dimana Tuhan berfirman "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia".
Haruskah kita menunggu kemurkaan Tuhan, baru kita mengerti menjaga alam ini. Entahlah, hanya orang yang berpikir jernih untuk menyadari pentingnya membangun keharmonisan dengan alam. Semua kembali kepada kesadaran masing-masing, karena hanya Tuhan hanya pantas menilai.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H