Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Gelora Tuntutan Dihadapi dengan Cara yang Bijak

26 Juni 2020   09:09 Diperbarui: 26 Juni 2020   09:15 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

KETIKA suara lantang menggelegar di udara dari massa aksi. Ia tetap tenang. Menyaksikan dari jauh, mencoba memahami tuntutan, dan membiarkan anak-anak muda menyampaikan aspirasi-nya. Tak terlihat tegang di raut wajahnya, ia terus mengamati sembari menikmati suara lantang dari para demonstran.

Massa aksi berkumpul, sambil salah satu di antara mereka terus menyuarakan tuntutan. Sebagian mengibarkan bendera merah putih, yang lain mengatur massa aksi. Arah pengeras suara dari atas mobil pik up tertuju di depan kantornya, sehingga suaranya begitu memekakkan telinga.

Setelah massa aksi memintanya keluar dari kantornya, ia pun bergegas menuju massa aksi. Ia tidak takut. Tidak bergeming sedikit pun. Di dampingi oleh sejumlah stafnya, ia mengayunkan langkah kakinya dengan penuh keyakinan. Dia tahu bahwa yang dihadapinya adalah masyarakatnya sendiri. Dia paham bahwa tuntutan massa aksi yang tak lain adalah masyarakat di desanya, merupakan hal yang wajar di alam demokrasi.

Ia datang menemui anak-anak muda yang berorasi yang menuntut kinerjanya. Sikapnya menunjukkan pemimpin yang benar-benar siap dengan segala resikonya. Meski demikian, dia menyayangkan sikap warganya yang terlalu cepat mengevaluasinya, sedangkan dia baru menjabat lima bulan lamanya.

Dokpri
Dokpri

Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri
Dokpri

Pada saat menemui massa aksi, ia menjawab semua tuntutan. Ia mencoba merasionalkan semua keinginan pemuda dan masyarakat yang datang melakukan demonstrasi. Di depan massa aksi, ia juga menyadari bahwa pekerjaan-pekerjaan di pemerintahan desa, perlu ditingkatkan demi untuk melayani masyarakat secara maksimal. Tapi, ia meminta diberikan waktu dan kesempatan untuk memperbaiki tatanan pengelolaan pemerintahan desa.

Didampingi sejumlah staf dan aparat kepolisian, ia terus mencoba meyakinkan massa aksi yang tiada lain adalah masyarakatnya sendiri. Bahkan ia mengajak, agar bersama-sama membangun desa yang dipimpinnya kepada seluruh lapisan masyarakat. Ia sadar penyampaiannya tidak sepenuhnya memuaskan para demonstran, tapi dengan berani ia menyatakan dengan tegas, jika memang dirinya terbukti melakukan penyelewengan, maka dirinya selalu siap untuk diproses secara hukum.

Di bawah terik matahari menyengat kulit. Di depan massa aksi, ia tetap berdiri. Beberapa stafnya setia mendampingi. Tetap mendengarkan tuntutan, dan kemudian menjelaskan semua yang dikeluhkan warganya. Sebab, bukan hanya kali ini ia berdialog dengan orang yang berbeda pandangan dengannya. Tapi, di setiap kesempatan, ia selalu membuka diri untuk diberikan masukan agar jalannya pemerintahan desa bisa sesuai koridor yang diinginkan bersama.

Padanya, saya teringat Prof Dr. dr. Idrus Andi Paturusi, Sp. Bo mantan rektor Universitas Hasanuddin, Makassar. Ketika massa aksi dari mahasiswanya sendiri mengepung gedung rektorat. Malah dengan tenang menemui dan menyapa massa aksi yang sedang menggaungkan tuntutannya dengan pengeras suara. Bahkan ketika itu, ia mengajak ribuan mahasiswa untuk duduk sambil mendiskusikan apa masalah yang sedang dipersoalkan oleh sejumlah mahasiswa-nya.

Ia memilih cara-cara persuasif, berdialog, mengajak untuk memecahkan masalah dengan kepala 'dingin'. Ia mengedepankan cara kekeluargaan, walaupun lawan bicara-nya sedang menyalakan tuntutan dengan semangat yang menggelora. Ia percaya, justru dengan mengajak berdialog dan memandang lawan bicara adalah sahabat, maka tidak ada persoalan yang tak bisa di selesaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun