Kemudian beberapa pertokoan sudah mulai menjamur di sepanjang pintu masuk desa, dan beruntungnya dibangun dan miliki oleh warga keturunan. Selebihnya merupakan milik para pendatang yang mencoba peruntungan untuk mengais rezeki di desa Daha. Masyarakat desa, walaupun masih di dominasi menjadi petani, namun sebagian warganya sudah merambah ke profesi yang lain, seperti berdagang dengan segala variannya, baik menggunakan toko, kios, pedagang keliling, serta profesi yang lain menjadi tenaga kesehatan, pendidik, tukang ojek, satpam, bahkan LSM.
Pilihan pekerjaan sudah mulai banyak diminati oleh warga desa beberapa tahun belakangan ini. Jika waktu pagi menyapa, geliat masyarakat begitu terasa di gang-gang desa, ada yang menuju persawahan, ladang, ke kantor, menyambangi toko, bahkan sebagian kecil masyarakat memilih menjadi nelayan, walaupun desa Daha jauh dari laut.
Desa Daha sendiri belum memiliki pasar tradisional sebagai tempat menjual bahan pangan kebutuhan pokok warganya. Keberadaan kios sepanjang gang-gang desa, belum benar-benar mampu memenuhi segala kebutuhan primer warga desa, sehingga harus di datangkan dari luar, bahkan dari pasar kabupaten. Bahkan sayuran, seperti kangkung, cabe, bayam, toge, dan kebutuhan sejenis, warga desa masih menggantungkan suplai dari luar desa. Walaupun beberapa warga desa sudah menanam tanaman untuk kebutuhan dapur tersebut, tapi belum mampu menjawab sepenuhnya kebutuhan warganya.
Potensi yang dimiliki desa Daha cukup mumpuni jika benar-benar dijamah dan di bangun dengan seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Dari aspek wisata, desa Daha memiliki situs-situs sejarah, air terjun Kancira, air panas di pinggir gunung, serta lahan persawahan yang luas untuk dunia fotografer.
Aspek ekonomi, geliat masyarakat yang mendirikan kios, toko, di sepanjang jalan menunjukan minat masyarakat untuk membangun perekonomian secara mandiri.
Aspek sosial, desa Daha merupakan salah satu desa yang memiliki warga yang cukup banyak, dan memiliki solidaritas yang bisa dijadikan sebagai modal pembangunan.
Sedangkan aspek sumber daya manusia, desa Daha memiliki lulusan perguruan tinggi yang tidak kalah banyak dari desa lain, lulusan ini sangat bervariatif, ada kesehatan, guru, dosen, kantoran, pertanian, dan lulusan pertambangan.
Potensi-potensi tersebut dapat dijadikan modal berharga untuk membangun desa Daha agar menjadi desa mandiri dalam semua aspek. Walaupun untuk mewujudkannya bukanlah perkara yang mudah, tapi tidak ada yang tidak mungkin. Hanya dibutuhkan semangat serta komitmen yang kuat, mulai dari kepala Desa sampai tukang ojek. Agar desa MANDIRI sebagai mana yang dicanangkan bisa terwujud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H