Menunggunya berhenti menumpahkan kesedihan, saya setia menanti, rintik-rintiknya di bale tempat saya singgah, seolah ingin mengatakan bahwa alam mulai bersedih karena tangan-tangan kotor manusia serakah.
Setelah reda, kembali perjalanan saya lanjutkan hingga sore menyambut, saya baru bisa berpijak di kota ketika cuaca benar-benar bersahabat.
Di kota ini, mimpi itu ditautkan, diperjuangkan, disemai bersama duka lara kala mendera. Kota dimana hamparan harapan disebarkan, kelak semoga berwujud untuk memberikan senyuman pada semesta.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H