Mohon tunggu...
Suradin
Suradin Mohon Tunggu... Duta Besar - Penulis Dompu Selatan

Terus Menjadi Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gardu, Penjaga Memori Kolektif Masyarakat

18 April 2020   10:19 Diperbarui: 18 April 2020   10:33 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Gardu Dusun Ruhu Ruma, Desa Rasabou, Kec. Hu'u Dompu NTB

Gardu berasal dari bahasa Prancis yakni garde. Di Indonesia gardu pertama kali di bangun dan dikenal pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels (1805-1811). Pada masa pemerintahannya, Daendels membangun jalan dari Anyer hingga Panarukan. Sepanjang jalan inilah di tempat-tempat tertentu dibangun tempat peristirahatan bagi pengguna jalan sebelum sampai ke tujuan. Tempat untuk istirahat tersebutlah kita kenal hari ini dengan gardu. 

Namun, seiring pergantian zaman,  gardu memiliki fungsi yang berbeda. Di zaman Soeharto gardu dijadikan sebagai tempat mengintai orang-orang yang dianggap mengganggu keamanan dan ketertiban. Tapi pasca reformasi, gardu digunakan oleh salah satu partai politik untuk menampilkan simbol partai. Dengan demikian gardu dicet dengan warna partai dengan gambar kepala banten dan menempatkannya di berbagai sudut-sudut kampung.

Tentang gardu, saya teringat  buku Abidin Kusno tentang Penjaga Memori: Gardu di Perkotaan Jawa. Dalam uraiannya gardu menjadi medium visual yang melaluinya ingatan-ingatan kolektif dibentuk dan ditransformasikan melintasi tatanan-tatanan historis yang berbeda.

Gardu telah memainkan peranan yang cukup penting dalam tarik ulur dinamika sosial kemasyarakatan. Dimana keberadaan gardu sebagai tempat publik di perkampungan sangat memiliki nilai strategis. Tidak hanya sebagai tempat berkumpul, juga bisa menjadi tempat istirahat bagi orang-orang yang melakukan sebuah perjalanan jauh. Mereka bisa duduk sesaat sebelum melanjutkan perjalanan ke tempat tujuan.

Gardu menyimpan memori kolektif masyarakat. Sebab, di gardu mereka menyimpan banyak kisah, kenangan, topik, serta nuansa persahabatan. Ia tidak saja simbol keamanan dan ketertiban, tapi juga penghubung bagi solidaritas kemasyarakatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun