Mohon tunggu...
Supri Yatno
Supri Yatno Mohon Tunggu... profesional -

Supriyatno adalah seorang Counselor, Trauma Therapist, Freelace Writer, dan Founder Peduli Trauma. Aktif memberikan konseling baik secara online maupun dalam bentuk pertemuan langsung support group mengenai permasalahan trauma masa kecil, trauma perceraian, trauma KDRT, kesehatan mental, trauma kehilangan, dan mind-body connection. Link:http://www.wix.com/supriyatno/personalsite, http://www.facebook.com/groups/pedulitrauma/

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Melemparkan Kesalahan

3 Maret 2012   22:06 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:32 327
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wanita yang sudah berumur setengah abad lebih ini tidak menyadari kebiasaan melemparkan kesalahan pada orang lain adalah akibat didikan orang tua yang beracun.

Walaupun ayahnya adalah orang kaya dan dikenal banyak kalangan, ia adalah tipe orang tua yang keras dan sangat kritikal pada anaknya yang memberi pesan pada anaknya "DO WHAT I SAY" dan "DON"T DO WHAT I SAY", kalau tidak "KAMU BUKAN ANAK YANG HEBAT SEPERTI SAYA". Ayahnya menggunakan anaknya untuk memenuhi ambisi pribadinya "ANAK SAYA SUKSES ITU KARENA SAYA."

Salah satu dampak dari pola asuh yang beracun ini, anaknya takut bila berbuat salah. Hidupnya terfokus bagaimana menemukan kekurangan dan kesalahan pada diri sendiri dan pada orang lain. Berbuat kesalahan bagaikan hantu yang selalu mengintai. Menemukan kesalahan dari apa yang dilakukannya berarti memicu rasa malu bahwa dirinya tidak mampu, bahwa dirinya tidak berharga. Jika ini terjadi, ia berusaha untuk menyangkal atau menutupi kesalahannya dengan cara melemparkan kesalahan pada orang lain. Ia harus menyalahkan orang lain, ia harus mencari kesalahan pada diri orang lain. Yang benar ia buat menjadi seolah-olah salah agar ia bisa memberikan pesan kamu tidak berharga. Dengan cara ini ia berusaha menyangkal perasaan tidak berharga yang ada di dalam dirinya.

Mau berapa lama lagikah ia akan terus bersembunyi dari rasa malu yang meracuni kehidupannya sendiri?

Supriyatno
Counselor, Trauma Therapist, Founder PTSG
http://www.wix.com/supriyatno/personalsite
http://www.facebook.com/groups/pedulitrauma

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun