Dengan bertambahnya keimanan seseorang, maka bertambah pula kebaikan padanya. Dengan bertambahnya ketakwaan pada diri seseorang, maka bertambahlah pula kemuliaan dirinya di hadapan Allah SWT. Karena tidak ada satu pun ukuran yang ditetapkan oleh Allah SWT, untuk menentukkan derajat kemulian seorang hamba kecuali ketakwaannya kepada Allah SWT.
"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu" (Qs. Al-Hujurat:13).
Bukan karena kekayaan, jabatan dalam pekerjaan, apatah lagi status sosial sehingga seseorang itu dikatakan mulia disisi Allah SWT. Derajat kemulian bisa diraih oleh siapa saja, apapun kedudukan dan profesinya. Apapun status kehidupan sosialnya, Â dihadapan Allah semuanya sama, yang membedakan ialah derajat ketakwaannya.
Mengapa Hanya Takwa Ukuran Kemulian?Â
Islam hadir sebagai salah satu agama yang menghapus perbedaan di muka bumi, juga hadir sebagai agama solusi atas carut marut kejahiliyaan. Mengajarkan manusia untuk bersuci dari hadast dan najis, juga mengajarkan manusia untuk mensucikan jiwa melalui ibadah-ibadah yang menenangkan hati dan mendekatkan dengan Sang Khaliq.
Jika kita melihat sejarah, sahabat Bilal bin Rabbah adalah salah satu dari banyaknya contoh islam hadir menghapus perbedaan manusia dari berbagai bentuk, suku, warna kulit, budaya dan Bahasa, serta status sosial. Tujuannya agar satu sama lain bisa mengambil manfaat, pelajaran, bisa bekerja sama dan saling tolong menolong dalam kebaikan.
"Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat siksaan-Nya." (Q.S Al-Ma'idah: 2)
Di era pesatnya penyebaran informasi dan penggunaan media komunikasi sering sekali kita dihadapkan dengan kampanye melawan tindakan rasilisme, body shaming dan sebagainya. Islam jauh ribuan tahun yang lalu sudah mengkampanyekan kehidupan sosial yang merata, yang saling meniadakan penindasan, kekerasan, penghinaan atas nama ras, suku apalagi penghinaan bentuk tubuh (body shaming), bahkan mengolok-olok pun dilarang dalam islam.
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olokkan) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela satu sama lain dan janganlah saling memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik) setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim." (QS. Al-Hujurat: 11)
Ini lah mengapa hanya takwa yang menjadi tolak ukur kemulian manusia di hadapan Alllah Swt. Bahwa dengan perbedaan yang Allah SWT hadirkan begitu banyak kepada manusia, tak lain ialah untuk kita dapat berlomba-lomba dalam hal kebaikan, untuk mencapai derajat ketakwaan di sisi Allah SWT. Â Allahu A'alam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H