Hidup berkecukupan merupakan impian banyak orang. Ada yang ingin terlihat biasa-biasa saja, ada juga yang ingin terlihat luar biasa.Â
Seringkali perilaku berlebihan dan suka memarkan kemewahan atau barang-barang yang branded adalah hal yang diangap biasa saja dikalangan pengguna medsos.
Memang hal itu boleh-boleh saja, memarkan barang-barang mewah di medsos adalah hak kita, karena itu adalah hak individu. Namun perilaku seperti itu mengakibatkan kita masuk dalam kategori social climber (pencari status sosial).
Social climber sendiri adalah orang yang suka memamerkan harta kekayaan serta barang-barang mewah melalui media sosial. Tujuannya tak lain hanya ingin mendapatkan pengakuan status sosial yang tinggi dan juga agar dapat dipandang sebagai orang yang kaya raya.
Selain itu, orang dengan perilaku seperti ini biasanya ingin dikenal banyak orang. Banyak hal yang dilakukan demi mencapai pengakuan dari khalayak.Â
Terkadang social climber bertingkah dengan sangat elegan dan tidak sesuai dengan jati diri nya yang asli.Â
Bahkan ketika bertemu dengan gedung yang mewah, atau sedang berkunjung di restoran dengan interior yang menarik, mereka akan berfoto ria dan membaginya di sosial media demi mendapat pengakuan.Â
Mereka yang terkena perilaku social climber biasanya sering menggunakan barang-barang mewah dengan merek yang terkenal. Tak perlu dengan keaslian barang tersebut, asli ataupun KW tidak menjadi suatu masalah.Â
Yang terpenting adalah adalah tetap eksis dan dipandang orang karena menggunakan barang bermerek sehingga mampu mengangkat status sosial mereka.
Segala upaya akan dilakukan oleh orang dengan perilaku social climber demi memperoleh dan memarkan semua kemewahan mereka untuk mencapai ketenaran. Namun tahukah kita bahwa orang dengan perilaku seperti ini adalah orang dengan latar belakang ekonomi menengah kebawah.
PencitraanÂ
Banyak pemimpin yang ingin terlihat sempurna dimata rakyatnya, dengan ingin melihatkan keberhasilan.Â
Segala 'operasi pencitraan' pun dilakukan dengan menggontorkan dana yang besar, membayar media mainstream dan sebagainya. Semua dilakukan demi mendapat pengakuan menjadi orang saleh seperti "Umar bin Khatthab" ataupun hebat seperti "Gatot Koco". Ini adalah salah satu hal yang fatal, padahal  menjalankan negara adalah di dunia nyata bukan di dunia maya.
Social climber bisa kita sebut dengan istilah "pencitraan". Demi mencapai suatu tujuan segala cara dilakukan demi memampilkan kesempurnaan di mata publik. seperti hkum alam, semakin seorang pemimpin menampilkan kelebihannya, maka semakin banyak rakyat yang akan mencari kelemahan pemimpin tersebut.Â
Seperti halnya sisi mata uang, negara mempunyai dua kubu rakyat yang sama-sama menebalkan citra baik atau menyorangkan sisi buruk pemimpin
Ingin terlihat sempurna jelas bukanlah tindakan yang sempurna. Bagaimanapun manusia adalah tempat  salah dan lupa.Â
Dan karena manusia, maka menampilkan ketidaksempurnaan keberhasilah adalah hal yang lumrah. Wallahu a'lam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H