Mohon tunggu...
Supriyanto
Supriyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuluh Agama Buddha

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bagaimana Cara Menyampaikan Kritik yang Benar Menurut Buddha

11 Agustus 2023   08:19 Diperbarui: 11 Agustus 2023   08:20 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Buddha mengajarkan pentingnya penyampaian kritik yang baik dan bijaksana.menurut buddha penyampaian kritik bertujuan untuk membantu individu dalam proses pertumbuhan dan pemahaman diri. Buddha mengajarkan bahwa penyampaian kritik harus dilakukan dengan niat yang baik, tanpa kebencian atau dendam.

Dalam ajaran buddha penyampaian kritik haruslah didasari dengan niatan yang murni yang bertujuan untuk membantu individu tersebut untuk melihat kelemahan atau kesalahan mereka dan menginspirasi mereka untuk melakukan perubahan positif. karenanya penyampaian kritik sebaiknya menggunakan bahasa yang santun dan tidak kasar agar tidak menyakiti perasaan bahkan dapat digolongkan melanggar sila atau aturan moral dalam ajaran Buddha yang tentunya merugikan bagi diri sendiri karena dapat mendegradasi kualitas moral pengkritik. 

penyampaian kritik yang baik menurut Buddha adalah dengan tujuan untuk memberikan bantuan dan dorongan positif kepada individu penerima kritik untuk melakukan perbaikan diri dan kualitas kehidupan mereka dengan cara yang lebih baik dari sebelumnya.oleh karenanya pemilihan tata bahasa dan intonasi dalam penyampaian kritik sangat penting untuk menjaga komunikasi yang baik antara pemberi dan penerima kritik serta menciptakan lingkungan yang saling membangun dan saling mendukung dalam meningkatkan kualitas diri.

Tata bahasa yang kasar dan kata-kata yang menyakitkan harus dihindari,agar kritik dapat diterima dengan baik oleh individu yang menerimanya dan dapat merangsang perubahan positif karena tidak ada orang yang mau dihina atau disakiti secara verbal. jadi tidaklah dibenarkan jika sesorang memaki orang lain dan menganggap sebagai bagian dari penyampaian kritik karena secara niat sudah berebeda kritik bertujuan untuk memberikan dorongan sedangkan memaki bertujuan untuk menjatuhkan ataupun menghina pihak lain dan sudah pasti didasari atas kebencian atau dendam yang menyebabkan penderitaan batin bagi penerima.

Selain itu, dalam ajaran Buddha juga diajarkan untuk menghindari pemarahan dan emosi yang negatif saat menyampaikan pendapat dalam hal kritik agar penyampaian kritik dapat menjadi konstruktif dan efektif. karenanya apapun alasannya penyampaian kritik dengan cara memaki secara kasar tidak dapat dibenarkan dalam ajaran Buddha karena hal tersebut hanya akan memperburuk situasi dan tidak akan membawa manfaat kepada siapapun.

Buddha menyampaikan agar seseorang tidak mudah mengkritik orang lain tanpa melihat keterbatasan dan kelemahan diri sendiri. Dalam Anguttara Nikaya, Buddha menyampaikan pada YM. Ananda: 

Ananda, janganlah tergesa-gesa mengkritik orang lain, janganlah secara sepintas mengemukakan penilaian terhadap orang lain. Orang yang mengemukakan penilaian terhadap orang lain berarti merugikan dirinya sendiri. Ananda,

hanya Aku sendiri atau orang seperti Aku yang dapat menilai seseorang dengan benar karena kami memiliki kebijaksanaan dan pemahaman yang mendalam tentang akar penyebab dan konsekuensi dari tindakan seseorang

Hal ini sangat jelas bahwa Buddha menganjurkan agar seseorang tidak sembarangan dalam menilai maupun mengkritik orang lain. Sebelum  mengkritik atau menilai seseorang, hendaknya kita harus mengerti dengan benar kondisi orang lain. 

Jika kita telah mengerti kondisi yang sebenarnya, maka seseorang tidak akan memberikan sebuah komentar. Hanya orang bodoh tetap memberikan sebuah kritikan maupun penilaian. sebelum menyampaikan kritik kepada orang lain  renungkan kembali kita masih banyak kelemahan dan kekurangan. Buddha menyampaikan dalam Dhammapada sebagai berikut: 

Janganlah memperhatikan kesalahan-kesalahan orang lain, atau hal 

yang sudah atau belum dikerjakan oleh orang lain; Sebaiknya seseorang 

memperhatikan hal-hal yang sudah dikerjakan atau belum dikerjakan oleh 

dirinya sendiri. (Dhammapada, Syair 50)

Demikian semoga kita semakin bijak dalam menyampaikan kritik dan menghargai keberagaman pendapat orang lain.serta tidak asal bicara dan berlindung dibalik alasan kebebasan berpendapat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun