Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya senang dengan tantangan baru dan menyenangkan, saya senang dengan konten sejarah, lingkungan dan alam

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kisah Secangkir Kopi

24 Juli 2024   09:52 Diperbarui: 24 Juli 2024   10:06 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebenarnya kita sebagai manusia itu kadang tidak mau menerima kenyataan dalam hidup, kurang bersyukur, ya itu manusiawi, tapi akhirnya bahasa manusiawi menjadi lumrah sebagai pembenaran jadi rasa berusahanya menjadi loyo, kita analogikan begini kita penikmat kopi.
Tidak bisa dipungkiri bahwasannya kita tidak bisa lepas dari secangkir kopi. Kopi bisa menemani kita dalam kondisi apa pun, kapan pun, dimana pun dan siapa pun.


Namun untuk mendapatkan kopi yang nikmat bukan perkara yangg mudah. Para pecinta kopi pasti sepaham bahwa untuk menyajikan secangkir kopi bukan hanya sekadar tentang intuisi, melainkn dari hasil perjalanan panjang seseorang mengeksplorasi rasa dan melatih gaya seduh kopi. Sekarang pikirkn hal ini; hidup kalian adalah kopi ini. Sedangkan uang, posisi, lingkungan dan pekerjaan adalah cangkirnya. Sadarkah kalian bahwa cangkir ini adalah sebuah alat yang mewadahi kopi.


Apa saja jenis cangkir kopi yang kalian miliki, tidak menentukan kualitas hidup anda akan berubah atau tidak. Kadang kita terlalu fokus pada cangkir mana yang lebih baik sehingga kita gagal menikmati kopinya. Ada pepatah yang mengatakan; bahwa orang yang paling bahagia itu tidak memiliki segala yang terbaik dihidupnya. 

Tapi menjadikan segala yang dimilikinya menjadi terbaik. Sebenarnya apa yang ada didunia ini tidak akan  habis untuk dikejar. Kita tidak boleh terlalu fokus apa yang belum kita miliki malah mengabaikan apa yang sudah diberikan kepada kita.


Ada baiknya jika mulai dari sekarang, kita belajar untuk menghargai, bersyukur atas apa yang kita miliki. Dengan begitu kita tidak lagi berteman dengan keluh kesah.
Marilah kita seruput kopinya...
Srutttt gerrrrr

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun