Sebenarnya kita sebagai manusia itu kadang tidak mau menerima kenyataan dalam hidup, kurang bersyukur, ya itu manusiawi, tapi akhirnya bahasa manusiawi menjadi lumrah sebagai pembenaran jadi rasa berusahanya menjadi loyo, kita analogikan begini kita penikmat kopi.
Tidak bisa dipungkiri bahwasannya kita tidak bisa lepas dari secangkir kopi. Kopi bisa menemani kita dalam kondisi apa pun, kapan pun, dimana pun dan siapa pun.
Namun untuk mendapatkan kopi yang nikmat bukan perkara yangg mudah. Para pecinta kopi pasti sepaham bahwa untuk menyajikan secangkir kopi bukan hanya sekadar tentang intuisi, melainkn dari hasil perjalanan panjang seseorang mengeksplorasi rasa dan melatih gaya seduh kopi. Sekarang pikirkn hal ini; hidup kalian adalah kopi ini. Sedangkan uang, posisi, lingkungan dan pekerjaan adalah cangkirnya. Sadarkah kalian bahwa cangkir ini adalah sebuah alat yang mewadahi kopi.
Apa saja jenis cangkir kopi yang kalian miliki, tidak menentukan kualitas hidup anda akan berubah atau tidak. Kadang kita terlalu fokus pada cangkir mana yang lebih baik sehingga kita gagal menikmati kopinya. Ada pepatah yang mengatakan; bahwa orang yang paling bahagia itu tidak memiliki segala yang terbaik dihidupnya.Â
Tapi menjadikan segala yang dimilikinya menjadi terbaik. Sebenarnya apa yang ada didunia ini tidak akan  habis untuk dikejar. Kita tidak boleh terlalu fokus apa yang belum kita miliki malah mengabaikan apa yang sudah diberikan kepada kita.
Ada baiknya jika mulai dari sekarang, kita belajar untuk menghargai, bersyukur atas apa yang kita miliki. Dengan begitu kita tidak lagi berteman dengan keluh kesah.
Marilah kita seruput kopinya...
Srutttt gerrrrr
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H