Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, Pendaki gunung, Relawan Small Action, Petani Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Diary

Sawaddee Krab ( bagian 5 )

19 Januari 2025   21:59 Diperbarui: 19 Januari 2025   21:59 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

KL masih 400 km lagi  ,  wouw  !  

Karena hari sudah mulai gelap, dan gerimis tidak kunjung reda juga, Bams dan rombongannya segera masuk ke mobil.  Atas rekomendasi si Profesor, maka Bams diminta untuk duduk di depan di samping sopir.  Apalagi kalau bukan karena alasan sudah masuk kampung orang Melayu. Dan Bams adalah saudara serumpun " Sialan !" umpat Bams dalam hati. Namun secara diam-diam dia tertawa juga melihat kepintaran si profesor.

Benar juga, belum sampai 5 menit mobil melaju,  di pinggir jalan berdiri berjajar satu peleton pasukan Diradja Malaysia. Pasukan ini meminta semua penumpang turun untuk memeriksa seluruh isi kendaraan. Semua bagian dibuka termasuk bagian bawah jok juga diperiksa.  Dan Bams memberanikan diri untuk menyapa mereka " Selamat sore ! ".

Ternyata sapaan melayu tersebut cukup manjur, karena berikutnya pertanyaan dilontarkan dalam bahasa yang sama. Bams bisa menjelaskan dengan jelas dari mana, kenapa, dan mau kemana rombongan mereka. Akhirnya Pasukan Diradja Malaysia mengijinkan rombongan Bams untuk melanjutkan perjalanan. Dan bersoraklan mereka semua di dalam mobil setelah bisa melanjutkan perjalanan dengan aman.

Menjelang masuk ke pintu toll, mereka sempatkan melihat papan penunjuk jalan. Dan wouw.... Kuala lumpur masih 420 km lagi. Maka diputuskan untuk berhenti mengisi BBM perut dan kembali menukar kelebihan Baht  ke uang Ringgit Malaysia. Rupanya sopir yang mengantar mereka juga sudah hafal benar dengan route jalan dan tempat-tempat untuk kebutuhan para tourist, termasuk authorized money changer.

foto: dok Ucik
foto: dok Ucik

Perjalanan ke Kuala Lumpur  berjalan lancar, karena terus melewati jalan toll yang mulus dan lebar. Hambatan satu-satunya adalah hujan lebat sepanjang perjalanan yang menyebabkan sopir perlu berhenti beberapa kali di rest area untuk membersihkan kaca mobil dan mengistirahatkan mata sejenak. Bams sendiri dan teman-temannya yang sudah sangat kecapekan lebih banyak menghabiskan waktu untuk tidur .   

Bams terus mencoba melalui mobile phone untuk mencari penginapan  di dekat KLIA  ( Kuala Lumpur International Airport ). Bams juga mendapat bantuan informasi dari teman-temannya di tanah air bahwa masih tersedia seat dengan Air Asia untuk terbang ke Surabaya esok hari.  Bantuan dari teman-temannya dan support moril dari pimpinan perusahaan yang terus memantau perjalanan Bams sungguh sangat membesarkan hatinya.  

Tepat tengah malam mereka tiba di Kuala Lumpur Tower. Seperti baru terbangun dari mimpi mereka kebingungan kemana dan bagaimana harus melanjutkan perjalanan. Tak ada seorangpun diantara mereka yang telah mempunyai tiket pulang dan juga reservasi hotel. Bams berpikir sejenak dimana harus merebahkan badannya malam itu.

Terasa sekali ada keharuan yang amat dalam diantara mereka untuk berpisah malam itu. Tiada seorangpun yang mampu berkata-kata dengan jelas. Mungkin juga karena faktor kelelahan yang sudah melebihi batas. Sopir yang membawa mereka hanya mendapat ijin trayek sampai di KL Tower dan dia harus cepat-cepat kembali ke perbatasan. Akhirnya mereka hanya bisa diberikan tips kecil dari hasil patungan uang Bath yang telah disiapkan. Tak lupa mereka juga sampaikan ucapan terima kasih kepada si sopir.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun