Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, Pendaki gunung, Relawan Small Action, Petani Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cara Jitu Jualan Sayur Hidroponik, Semua Pasti Bisa Meniru Cara Ini

27 Desember 2024   11:30 Diperbarui: 27 Desember 2024   13:35 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembayaran sayur ke petani (foto:dokpri)

Ketika kita belajar menanam sayur hidroponik, salah satu motivasinya adalah kelak bisa menjual hasil panen sayur ke konsumen agar mendapat cuan. Karena itu sejak kemunculan dunia pertanian hidroponik, banyak orang yang antusias untuk belajar ilmu menanam hidroponik ini. Bahkan tak jarang mereka harus merogoh saku untuk ikut kelas-kelas pelatihan demi bisa belajar menanam hidroponik.

Dalam pelatihan biasanya mentor akan memberikan motivasi kepada  peserta bahwa manfaat bertani hidroponik ini adalah agar kita bisa mencukupi kebutuhan sayur sendiri di rumah. Dan bila sudah terpenuhi kebutuhan sayur sendiri, maka kelebihan sayurnya bisa dijual ke pasar atau konsumen. Dengan begitu maka kita akan bisa memperoleh tambahan income dari bertani hidroponik di rumah.

Karena alasan ekonomi ini sehingga tak jarang orang ingin mulai usaha hidroponik ini untuk tujuan bisnis. Sehingga sejak awal dia sudah menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai untuk produksi sayur hidroponik. Tak jarang mereka harus merogoh uang banyak untuk membangun greenhouse (GH), meja instalasi, dan sarana penunjang lainnya. Harapan untuk memperoleh cuan yang besar dari bisnis hidroponik ini menjadi motivasi utama orang terjun di dunia hidroponik.

foto: dokpri
foto: dokpri

Namun, kadang harapan itu tidak selalu sesuai dengan kenyataan di lapangan. Pinginnya menanam sayur hidroponik bisa mendapatkan cuan setelah sayurnya panen dan dijual ke pasar. Tapi sering kali kendala itu baru muncul belakangan setelah usaha dijalankan. Ketika waktu panen tiba, eh ternyata sulit untuk menjual sayurnya. Karena belum menemukan pasar atau belum mendapatkan konsumen yang tepat. Atau ketika lagi panen ternyata harga sayur jatuh karena lagi banyak sayuran sejenis di pasar.

Problematika pemasaran sayur tentunya bisa menimpa saja yang baru menekuni usaha budidaya sayur hidroponik. Dalam menjalankan usaha pertanian hidroponik dituntut untuk bisa menyeimbangkan antara proses budidaya hidroponik dan juga pemasaran sayur pasca panen. Antara produksi sayuran dan pemasaran harus bisa sejalan agar harapan untuk bisa mendapatkan profit dari bisnis hidroponik ini bisa tercapai.

foto:dokpri
foto:dokpri

Bagi anda yang ingin memulai usaha pertanian hidroponik di rumah, jangan kuatir apalagi takut untuk memulai langkah anda. Dan ketika sudah bisa budidaya menanam sayur dengan baik, maka anda harus siap untuk bekerja ekstra menawarkan dan menjual sayur hasil panenan anda. Termasuk juga bagi anda yang menanam sayur skala rumahan, anda juga bisa menjual hasil sayur ke konsumen.

Khusus bagi anda yang baru memulai budidaya hidroponik dan belum tahu bagaimana cara menjual hasil panen sayurnya, berikut ini saya bagikan cara jitu untuk berjualan sayur hidroponik. Cara ini yang sudah kami lakukan bersama dengan para petani Kampung Hidroponik Lawang. Model penjualan sayur yang kami lakukan cukup sederhana dan mudah dilakukan oleh siapapun.

Membuat Group WhatsApp  Petani

Petani hidroponik yang ada di Lawang ini sudah tergabung dalam group WA Kampung Hidroponik Lawang. Group tersebut berfungsi untuk tempat komunikasi dan sharing bagi petani hidroponik. Termasuk bila ada panenan sayur biasanya akan diinfokan disini oleh petani. Juga bila ada permintaan sayur dari konsumen, informasinya juga akan di sampaikan di group ini. Group WA ini menjadi sarana komunikasi utama bagi petani untuk menyiapkan produksi sayuran sesuai dengan kebutuhan pasar.

Jadi disini sudah tercipta suasana komunitas yang baik. Antar petani saling mendukung satu sama lain untuk mensuplai sayur di pasar secara bersama dengan standar kualitas sayur yang sama. Antar petani tidak lagi ada persaingan yang tidak sehat untuk saling berebut pasar sayur dengan melakukan perang harga.

Petani diberi kebebasan untuk mencari konsumen secara mandiri atau secara bersama-sama dengan petani yang lain. Dan bila sudah mendapatkan konsumen, si petani bisa mensuplai sayur ke konsumen tersebut dari hasil panenan kebunnya sendiri. Apabila ada kekurangan sayur, maka si petani bisa mengambil sayur ke petani lain dengan harga yang sudah disepakati oleh sesama petani. Sehingga konsumen tidak sampai kehabisan sayur.

foto:dokpri
foto:dokpri

Dengan pola demikian, maka petani punya kemampuan untuk merawat pasar sayurnya dengan dukungan petani lain di komunitasnya. Bandingkan bila petani mensuplai pasar sayurnya sendirian, ada saat dimana dia bisa kehabisan sayur dan dituntut oleh konsumen untuk tetap bisa mensuplai sayur. Pada situasi demikian tentu dia akan mengalami kendala tidak mampu memenuhi pasar yang bisa berakibat konsumen bisa meninggalkannya dan beralih ke yang lain.

Membuat Group WhatsApp Konsumen

Di jaman yang serba canggih seperti sekarang ini, media social memiliki peranan penting untuk tempat mempromosikan dan menjual hasil panenan sayuran hidroponik. Kita bisa dengan mudah mengunggah foto atau video produk sayur hidroponik di FB, IG, atau WA untuk mempromosikan sayuran kita. Cara seperti ini tentu sangat praktis dan mudah dilakukan oleh siapa saja yang bisa bermain media social.

foto:dokpri
foto:dokpri

Biasanya setelah kita meng-upload video atau foto sayuran, akan ada saja orang yang merespond dengan mengirim pesan di inbox atau mengomentari status WA kita untuk menanyakan harga atau bahkan langsung order sayuran kita. Kita sudah tidak butuh lagi bedak sayur di pasar untuk bisa berjualan sayur hidroponik kita. Cara promosi lewat medsos Ini bisa jadi pintu pembuka untuk mendapatkan loyal customer atau pelanggan setia sayur kita kelak di kemudian hari.

Setelah konsumen mulai didapatkan, jangan lupa untuk selalu terhubung dengan para konsumen pasar sayur kita. Salah satu metode efisien untuk selalu 'keep in touch' dengan para konsumen adalah dengan membentuk group WA konsumen. Khususnya untuk konsumen perorangan yang biasa belanja sayur untuk kebutuhan masak sehari-hari di rumah. Jadi setiap kali ada info panenan sayur kita bisa langsung sampaikan di group konsumen tersebut. Tidak lagi menyampaikan info sayuran satu per satu ke konsumen.

Namun untuk konsumen pedagang sayur atau rumah makan sebaiknya tidak dimasukkan di group konsumen ini. Mereka tetap harus diservis secara khusus, sebab mereka biasanya membeli sayur dalam jumlah banyak untuk dijual kembali ke pelanggan mereka. Untuk konsumen seperti ini kita harus memberikan perlakuan berbeda dengan konsumen perorangan tadi.

Pola Kerja Jualan Sayur Petani Kampung Hidroponik Lawang

Alur penjualan sayur yang dilakukan oleh petani Kampung Hidroponik Lawang ini cukup sederhana. Pertama, petani yang memiliki sayur yang siap panen akan memberi informasi di group WA petani. Informasi itu biasanya meliputi jenis sayur, jumlah sayur, dan harga sayurnya. Umumnya sayur dijual dalam bentuk kemasan dengan berat 200 gram per kemasan.

Menawarkan sayur hidroponik ke konsumen di WA group (foto:dokpri)
Menawarkan sayur hidroponik ke konsumen di WA group (foto:dokpri)

Kedua, informasi ketersediaan sayur di group WA petani ini kemudian diupload di group WA konsumen. Kebetulan konsumen yang ada di group WA ini adalah para karyawan kantor. Selanjutnya konsumen segera mengisi list sayur yang akan dibeli. Karena sayur dijual dalam bentuk kemasan, maka pembeli bisa berbelanja dan memilih sayur sesuai dengan stock sayur yang tersedia. Pembeli tinggal menulis nama sayur dan jumlahnya di group WA. Biasanya untuk open order sayuran ini ada batas waktunya, ini dimaksudkan agar ada waktu bagi petani untuk menyiapkan order sayuran sesuai dengan data pesanan konsumen.

Konsumen langsung mengisi list order sayurannya (foto:dokpri)
Konsumen langsung mengisi list order sayurannya (foto:dokpri)

Ketiga, setelah data pesanan sayur terkumpul selanjutnya data tersebut dikirimkan ke petani yang memiliki panenan sayur. Petani segera memanen sayur untuk memenuhi pesanan konsumen. Kemudian sayur ditimbang dan dikemas sesuai dengan data pesanan konsumen. Selesai packing selanjutnya sayur dimasukkan dalam wadah kantong kresek dengan diberi nama konsumen. Setelah itu petani mengirimkan pesanan sayur tersebut dengan menitipkan di koperasi kantor. Dan konsumen akan mengambil sayurnya pada saat mereka pulang kerja.

Order sayur dikemas dan diberi nama (foto:dokpri)
Order sayur dikemas dan diberi nama (foto:dokpri)

foto:dokpri
foto:dokpri

foto :dokpri
foto :dokpri

Keempat, tagihan atas sayur yang dibeli oleh tiap-tiap konsumen selanjutnya dikirimkan dan diupload di WA konsumen. Berdasarkan data tagihan tersebut, selanjutnya konsumen akan melakukan pembayaran atas sayur yang sudah mereka beli. Untuk pembayaran bisa dilakukan secara tunai atau melalui transfer bank ke rekening petani. Dengan begitu selesai sudah proses jual beli sayur hidroponik melalui media komunikasi WA.

Pembayaran sayur ke petani (foto:dokpri)
Pembayaran sayur ke petani (foto:dokpri)

foto:dokpri
foto:dokpri

Model penjualan seperti di atas ini tentu saja bisa ditiru oleh petani hidroponik pemula yang belum mempunyai pasar sayur. Kita bisa memasarkan sayur hasil kebun kita dari lingkungan terdekat dulu di sekitar rumah kita. Kita bisa memasarkan sayur ke tetangga, ke teman, ke warung-warung makan, ke perumahan, atau ke group komunitas yang kita ikuti. Yang penting kita harus punya rasa percaya diri bahwa sayur yang kita pasarkan itu memang layak dikonsumsi karena bagus kualitasnya, enak rasanya, segar sayurnya, dan terjangkau harganya.

Lawang, 27 Desember 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun