XPDC Gunung Rinjani  (Bagian 7)
Baru jam 03.00 dinihari ketika saya terbangun karena mendengar suara orang berteriak-teriak. Rupanya itu suara pendaki di sebelah tenda kami yang membangunkan teman-temannya yang masih terlelap tidur dengan cara berteriak-teriak. Karena masih dinihari suara teriakan pendaki itu terdengar cukup keras, dan terus diulang-ulang. Terus terang kami sangat terganggu dengan suara teriakan tersebut, karena kami jadi terbangun dan tidak bisa tidur kembali karena mendengar suara berisik tersebut.
Ini sudah menyangkut soal etika di alam bebas. Bahwa yang mgecamp di tempat itu bukan kelompok mereka saja, tapi banyak juga pendaki lain. Termasuk juga para porter yang seharian bekerja keras mengangkut barang bawaan tamu, juga butuh untuk tidur beristirahat. Jika cara oknum pendaki tersebut dalam membangunkan kawannya dengan berteriak-teriak keras begitu pasti akan mengganggu pendaki lain yang sedang beristirahat. Bukannya masih ada cara lain yang lebih baik yaitu dengan mendatangi tenda temannya satu per satu, lalu membangunkan tanpa berteriak keras-keras begitu.
"Heyyy Berisikkkk" sebuah suara yang lebih keras terdengar dari tenda lain yang terganggu akibat ulah oknum pendaki yang membangunkan kawan-kawannya. Rupanya ada juga yang tidak bisa menahan diri melihat kelakuan oknum pendaki yang berteriak-teriak tadi. Sejenak suasana menjadi hening, tak terdengar lagi suara teriakan seperti tadi. Tapi kami sudah terlanjur terbangun, susah untuk memejamkan mata lagi. Walaupun sebenarnya masih mengantuk.
Saya akhirnya bangun dan membuka tenda, lalu berjalan keluar menuju danau untuk mengambil wudlu. Kami lalu menjalankan kewajiban sholat subuh di pinggir danau di pagi yang hawanya dingin tersebut. Porter kami juga sudah bangun dan juga sudah selesai menjalankan ibadah sholat subuh. Selanjutnya mereka memasak untuk menyiapkan sarapan pagi kami. Menu pagi ini adalah masakan ikan sarden. Ini adalah hari terakhir kami menginap di danau. Agenda hari ini adalah turun melalui jalur Torean.
Saya menikmati sarapan pagi berupa menu nasi putih dengan masakan ikan sarden. Karena akan melakukan perjalanan panjang, maka saya dengan lahap menghabiskan sepiring nasi yang diberikan porter kami. Perjalanan panjang sekitar 10 jam yang akan kami tempuh untuk tiba di basecamp Torean memerlukan tenaga prima, jadi harus sarapan pagi yang cukup. Sarapan hari itu ditutup dengan segelas kopi hitam yang masih mengepul asapnya dan tercium segar aroma kopinya.
Untuk mengurangi beban selama perjalanan turun, saya titipkan sleeping bag dan matras ke porter yang barang bawaannya sudah banyak berkurang. Logistik yang dibawa porter tinggal menu untuk makan siang di tengah perjalanan nanti. Juga masih ada tersisa buah melon, nanas, dan buah naga untuk pelengkap menu makan siang. Saya isi botol-botol kosong dengan air sumber yang diambilkan mas porter untuk bekal minum di perjalanan nanti.
Selesai packing barang-barang ke dalam carrier, saya segera keluar tenda dan bergabung dengan team. Untuk keperluan dokumentasi, kami semua memakai baju PDL hitam pagi hari itu. Selanjutnya kami mengambil beberapa foto di pinggir danau. Kebetulan Fano yang diberi tugas sebagai fotografer sudah menyiapkan tripod, sehingga kita semua bisa foto bersama. Beberapa foto diambil dalam posisi yang berbeda, tapi tetap dengan latar belakang danau Segara Anak dan gunung Barujari. Momen yang begitu langka ini harus didokumentasikan dengan baik agar bisa dijadikan foto kenangan di kemudian hari.
Selesai berfoto kami kembali mengecek tenda dan memastikan tidak ada barang yang ketinggalan. Carrier yang akan kami panggul juga kita periksa sekali lagi untuk memastikan tali -- talinya sudah terpasang dengan benar. Agar nanti waktu dipanggul di punggung kondisinya nyaman sehingga tidak mengganggu irama kaki ketika berjalan. Trekpol juga tak lupa disiapkan sebelum mulai berjalan turun. Saya siapkan beberapa snack ringan di saku carrier yang mudah dijangkau untuk bekal selama perjalanan. Agar nanti ketika diperlukan saya mudah mengambilnya.
Sambil melakukan persiapan, kami sempat mengobrol dengan pendaki lokal asal Mataram tentang kejadian dini hari tadi. Ternyata yang terganggu dengan suara teriakan oknum pendaki yang membangunkan temannya bukan hanya kami, tapi mereka yang tendanya di belakang kami juga ikut terganggu. Tapi mereka masih bisa memberikan nasehat bijak atas kejadian yang tidak mengenakkan tersebut.
" Ambil hikmah positifnya saja bang. Anggap saja kita ada yang bantu membangunkan. Sehingga bisa melakukan persiapan untuk turun lebih awal. Tidak sampai kesiangan" begitu ucap salah satu dari mereka yang mengaku bekerja di instansi pemerintah di Mataram.
Mendengar penuturan tersebut kami hanya bisa tersenyum dan mengiyakan saja. Memang kalau kita bisa mengambil hikmah positif dari setiap kejadian, maka hal itu bisa menenangkan hati. Rasa jengkel di hati akan berganti dengan rasa sabar karena hati akan menjadi lebih dingin. Benar juga yang disampaikan oleh pendaki lokal tersebut, hikmahnya kami bisa melakukan persiapan lebih awal. Mengingat perjalanan yang akan ditempuh menuju Torean sangat jauh dan memakan waktu cukup lama sekitar 10 jam. Maka kami harus berangkat pagi-pagi agar tidak sampai kemalaman di jalan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI