Mohon tunggu...
Supriyadi
Supriyadi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis, Pendaki gunung, Relawan Small Action, Petani Hidroponik

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Menuju Desa Sembalun

27 September 2024   15:39 Diperbarui: 27 September 2024   15:45 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bukit Telu adalah titik awal pendakian kami (foto:dokpri)

XPDC Gunung Rinjani  (Bagian 2)

Rasanya baru sebentar mata ini terpejam ketika bunyi alarm dari hp bersahutan membangunkan saya dan teman -- teman. Segera kami bersiap -- siap untuk berangkat menuju ke Sembalun, basecamp tempat kami akan memulai pendakian. Telpon saya berdering, rupanya itu dari driver kami mas Timin yang sudah menunggu di luar. Setelah semua selesai mempersiapkan diri, segera kami berangkat menuju mobil jemputan yang menunggu di mulut gang. Kami harus berjalan kaki sekitar 150m menuju ke mobil jemputan. Untungnya carrier kami sudah diangkut duluan oleh Hengki dengan memakai mobil pick up ke mobil jemputan.

Dalam perjalanan menuju Sembalun kami sempat berhenti dua kali. Pertama berhenti di sebuah toko swalayan untuk membeli beberapa barang keperluan dan sekaligus untuk mengambil uang di ATM. Ketika kami berhenti di swalayan ini terdengar suara adzan subuh bersahutan dari masid dan musholah sekitar. Pertanda waktu sholat subuh sudah tiba. Kami melanjutkan perjalanan lagi melewati Lombok Utara.

Kemudian kami berhenti di sebuah masjid yang tampak dari luar sangat bagus. Lokasi masjid ini tepat di pinggir jalan yang diapit oleh dua bukit di depan dan belakangnya. Rupanya masjid ini masih dalam proses pembangunan, sehingga masih terlihat ada beberapa bagian yang masih belum bisa digunakan untuk sholat. Tempat sholat justeru ada di ruang bawah bangunan utama. Tempatnya luas sekali dan nyaman.

Kami sholat subuh di masjid ini (foto:dokpri)
Kami sholat subuh di masjid ini (foto:dokpri)

Jalanan menuju desa Sembalun sangat bagus dengan aspal jalan yang mulus. Meskipun jalannya berkelak-kelok dan naik turun, tapi mobil bisa melaju dengan nyaman. Semakin mendekati desa Sembalun tampak di kanan kiri jalan dipenuhi pemandangan pohon jambu mente yang sedang berbunga dan beberapa bahkan sudah berbuah. Makanya tak heran jika Mataram terkenal dengan olahan mente nya.

"Kalau sedang membawa tamu bule, biasanya mereka minta turun disini untuk melihat langsung buah jambu mente. Mereka senang sekali melihat buahnya yang bergelantungan" begitu terang Mas Timin yang sering mengantarkan rombongan tamu asing ke Rinjani.

Saya sempat takjub melihat perkembangan desa Sembalun yang begitu pesat. Banyak sekali bangunan cottage, kafe, dan penginapan di Sembalun. Mungkin ini sebagai jawaban cerdas atas peluang bisnis yang berkembang cepat di sembalun yaitu banyaknya wisatawan dan pendaki yang datang ke Sembalun.

Bukit Telu adalah titik awal pendakian kami (foto:dokpri)
Bukit Telu adalah titik awal pendakian kami (foto:dokpri)

Saya masih ingat terakhir kali datang ke tempat ini adalah tahun 2018 silam ketika menjadi relawan gempa Lombok. Kondisinya saat itu sungguh memprihatinkan. Banyak bangunan roboh di seputaran desa Sembalun. Masyarakat dihantui oleh gempa yang dating sewaktu-waktu. Sembalun seperti desa mati, begitu menyedihkan dan begitu mencekam. Sekarang keadaan sudah berbalik 180 derajat. Desa Sembalun sudah menjadi desa wisata yang begitu ramai dikunjungi oleh wisatawan dari dalam dan luar negeri, khususnya pendaki gunung Rinjani.

Tiba di pos pendakian Resort Sembalun hari sudah terang. Kami disambut oleh bang Anto dan 3 orang porter lain yang akan mendampingi pendakian kami nanti. Semua carrier dan barang perlengkapan lain diturunkan semua dari mobil hiace dan diletakkan di sebuah gazebo. Setelah itu salah seorang petugas pos perijinan melakukan pengecekan dan menghitung barang bawaan kami. Mereka memastikan bahwa sampah dari barang- barang yang kami bawa nanti jumlahnya sama waktu dibawa turun lagi.

Selanjutnya kami melakukan registrasi ulang di pos perijinan Resort Sembalun. Dokumen yang harus kami siapkan adalah KTP, surat keterangan sehat, dan tiket pendakian. Khusus untuk tiket pendakian sudah kami peroleh sebelumnya melalui aplikasi e-Ticket Rinjani yang bisa di download lewat Playstore. Petugas Resort Sembalun mendata kami satu per satu dan melakukan pencocokan antara foto ktp dan orang nya. Jadi untuk proses registrasi ini tidak boleh diwakilkan, tapi orangnya harus datang langsung ke petugas registrasi.

Selesai melakukan registrasi kami segera mencari warung makan untuk sarapan. Kebetulan letak warungnya dekat saja, hanya sekitar 200m dari pos perijinan Sembalun. Menu pilihan untuk sarapan bermacam -- macam. Dan harganya juga sangat terjangkau, di kisaran Rp 10.000 sampai 20.000 per porsinya. Selesai sarapan, kami juga memesan nasi bungkus untuk bekal makan siang nanti di perjalanan.

Naik pick up dulu (foto:dokpri)
Naik pick up dulu (foto:dokpri)

Dari pos pendakian Sembalun kami naik kendaraan pick up terbuka menuju titik awal pendakian di pintu masuk sabana di ujung jalan desa. Perjalanan dengan pick up ditempuh dalam waktu sekitar 15 menit. Ini bisa menghemat waktu hampir satu jam jika harus di tempuh dengan berjalan kaki. Biaya sewa mobil pick up adalah Rp 200.000 untuk 8 orang penumpang. Dan karena jumlah kami lebih dari 8 orang akhirnya kami tambahi lagi menjadi Rp 250.000. Setelah melewati jalan beraspal, tibalah pada sebuah medan jalan yang menurun tajam dan berakhir dengan sebuah tanjakan yang sangat tinggi. Setelah itu mobil melewati jalanan berdebu yang membuat kami harus menutupi muka dengan buff agar terlindung dari debu yang berterbangan.

Kami tiba di sebuah tempat yang cukup luas. Tempat ini lebih cocok seperti tempat gembala sapi. Banyak sekali kotoran sapi di sekitar tempat ini. Beruntung ada bangku kayu panjang, bisa untuk menaruh carrier setelah turun dari mobil. Nama tempat ini adalah bukit Telu, seperti yang tertera pada papan nama yang terbuat dari kayu. Di situ rupanya titik akhir mobil pick up mengantar pendaki. Dan dari titik inilah pendakian gunung Rinjani akan kami mulai.

Namun bagi para pendaki ada pilihan lain untuk naik ojek gunung sampai Pos 2 dengan tariff sekitar Rp 200.000. Dengan waktu tempuh 30 menit naik ojek bisa menghemat waktu jalan hingga 2- 3 jam. Tenaga bisa disimpan sampai pos 2. Tidak sedikit pendaki yang memanfaatkan jasa ojek gunung ini. Tapi banyak pula yang memilih jalan kaki mulai dari titik awal sabana ini, termasuk team kami yang berjumlah 7 orang dengan didampingi 3 orang porter.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun