XPDC Gunung Rinjani  (Bagian 2)
Rasanya baru sebentar mata ini terpejam ketika bunyi alarm dari hp bersahutan membangunkan saya dan teman -- teman. Segera kami bersiap -- siap untuk berangkat menuju ke Sembalun, basecamp tempat kami akan memulai pendakian. Telpon saya berdering, rupanya itu dari driver kami mas Timin yang sudah menunggu di luar. Setelah semua selesai mempersiapkan diri, segera kami berangkat menuju mobil jemputan yang menunggu di mulut gang. Kami harus berjalan kaki sekitar 150m menuju ke mobil jemputan. Untungnya carrier kami sudah diangkut duluan oleh Hengki dengan memakai mobil pick up ke mobil jemputan.
Dalam perjalanan menuju Sembalun kami sempat berhenti dua kali. Pertama berhenti di sebuah toko swalayan untuk membeli beberapa barang keperluan dan sekaligus untuk mengambil uang di ATM. Ketika kami berhenti di swalayan ini terdengar suara adzan subuh bersahutan dari masid dan musholah sekitar. Pertanda waktu sholat subuh sudah tiba. Kami melanjutkan perjalanan lagi melewati Lombok Utara.
Kemudian kami berhenti di sebuah masjid yang tampak dari luar sangat bagus. Lokasi masjid ini tepat di pinggir jalan yang diapit oleh dua bukit di depan dan belakangnya. Rupanya masjid ini masih dalam proses pembangunan, sehingga masih terlihat ada beberapa bagian yang masih belum bisa digunakan untuk sholat. Tempat sholat justeru ada di ruang bawah bangunan utama. Tempatnya luas sekali dan nyaman.
Jalanan menuju desa Sembalun sangat bagus dengan aspal jalan yang mulus. Meskipun jalannya berkelak-kelok dan naik turun, tapi mobil bisa melaju dengan nyaman. Semakin mendekati desa Sembalun tampak di kanan kiri jalan dipenuhi pemandangan pohon jambu mente yang sedang berbunga dan beberapa bahkan sudah berbuah. Makanya tak heran jika Mataram terkenal dengan olahan mente nya.
"Kalau sedang membawa tamu bule, biasanya mereka minta turun disini untuk melihat langsung buah jambu mente. Mereka senang sekali melihat buahnya yang bergelantungan" begitu terang Mas Timin yang sering mengantarkan rombongan tamu asing ke Rinjani.
Saya sempat takjub melihat perkembangan desa Sembalun yang begitu pesat. Banyak sekali bangunan cottage, kafe, dan penginapan di Sembalun. Mungkin ini sebagai jawaban cerdas atas peluang bisnis yang berkembang cepat di sembalun yaitu banyaknya wisatawan dan pendaki yang datang ke Sembalun.
Saya masih ingat terakhir kali datang ke tempat ini adalah tahun 2018 silam ketika menjadi relawan gempa Lombok. Kondisinya saat itu sungguh memprihatinkan. Banyak bangunan roboh di seputaran desa Sembalun. Masyarakat dihantui oleh gempa yang dating sewaktu-waktu. Sembalun seperti desa mati, begitu menyedihkan dan begitu mencekam. Sekarang keadaan sudah berbalik 180 derajat. Desa Sembalun sudah menjadi desa wisata yang begitu ramai dikunjungi oleh wisatawan dari dalam dan luar negeri, khususnya pendaki gunung Rinjani.