Mohon tunggu...
SUPRIYADI
SUPRIYADI Mohon Tunggu... Guru - Guru

profesinya sebagai guru, Supriyadi memiliki hobi membaca yang mendalam. Ia gemar menjelajahi berbagai genre, mulai dari fiksi, non-fiksi, hingga buku-buku tentang pengembangan diri. Kecintaannya pada buku tidak hanya memperkaya pengetahuannya, tetapi juga mempengaruhi cara ia mengajar, di mana ia sering mengaitkan materi pelajaran dengan kisah-kisah menarik dari buku yang telah dibacanya. Hobi ini juga membantunya menciptakan suasana belajar yang lebih dinamis dan menarik bagi para siswa. Supriyadi percaya bahwa membaca adalah jendela dunia, dan ia berusaha menularkan semangat ini kepada siswa-siswanya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Siswa Harus Naik Kelas Terus dalam Kurikulum Merdeka? Menilik Dampak Bagi Pendidikan

18 Oktober 2024   20:57 Diperbarui: 18 Oktober 2024   21:02 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

4. Peran Guru dan Orang Tua

Dalam kebijakan "siswa naik terus," peran guru menjadi sangat krusial. Mereka harus mampu menerapkan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa, termasuk strategi pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning/PJBL) dan pemanfaatan teknologi (TPACK). Pendekatan-pendekatan ini memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif dan mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kehidupan nyata.

Selain guru, orang tua juga memegang peranan penting dalam mendukung perkembangan anak mereka di luar sekolah. Tanpa ujian besar sebagai patokan, orang tua perlu lebih proaktif dalam memantau dan mendukung proses belajar anak di rumah. Kerjasama yang erat antara guru dan orang tua sangat diperlukan untuk memastikan kebijakan ini berjalan efektif.

5. Masa Depan Pendidikan di Indonesia

Kebijakan "siswa naik terus" dalam Kurikulum Merdeka mencerminkan perubahan paradigma dalam pendidikan Indonesia yang lebih inklusif dan berorientasi pada perkembangan individu. Meskipun tantangan tetap ada, pendekatan ini bisa menjadi peluang untuk memperbaiki sistem pendidikan yang lebih berfokus pada pembentukan karakter, keterampilan abad ke-21, dan pengembangan potensi siswa secara menyeluruh.

Pada akhirnya, keberhasilan kebijakan ini akan sangat tergantung pada bagaimana seluruh pemangku kepentingan---pemerintah, guru, orang tua, dan siswa---bekerja sama untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan inklusif. Jika diterapkan dengan tepat, kebijakan ini dapat menjadi langkah besar dalam mempersiapkan generasi mendatang yang siap menghadapi tantangan global dan menjadi individu yang berdaya saing tinggi, kreatif, serta adaptif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun