Media Sosialku sebagai Sarana Komunikasi dan Lahan Beribadah
Bermedia sosial yang positif akan banyak manfaat. Berbagai platform media sosial dapat dipilih sebagai sarana untuk berkomunikasi atau sekadar mencari informasi. Komunikasi yang positif tentu akan mendatangkan manfaat untuk peningkatan kualitas hidup.
Bermedia sosial untuk berkeluh kesah sebaiknya dihindari. Janganlah mengumbar amarah, kesedihan, kalimat nyinyir di media sosial. Kita harus berusaha lebih bijak sebelum menuliskan kalimat, menyebarkan gambar, video, atau hal-hal lain di media sosial.
Jangan pula terlalu ekstrem dalam menanggapi sebuah unggahan di media sosial. Bertindaklah hati-hati sebelum memberikan komentar atau tanggapan.
Kalimatmu Harimaumu
Kalau dulu cukup viral ungkapan mulutmu harimaumu, saat ini kita perlu mengumandangkan ungkapan kalimatmu harimaumu. Setiap kata, kalimat, atau hal semacam itu yang diunggah di media sosial akan menjadi bumerang jika tidak berhati-hati.
Mungkin maksud unggahan hanya untuk seru-seruan atau humor. Namun, tidak semua orang dapat bereaksi atau menanggapi sebagai lelucon. Banyak orang yang serius menanggapi sebuah unggahan di media sosial.
Ada beberapa kasus hukum menimpa seseorang gara-gara mengunggah sesuatu yang bersifat fitnah, penyebaran kabar bohong, dan sejenisnya. Sudah banyak contoh. Kita diharapkan tidak menambah kasus serupa.
Media Sosial sebagai Sarana Komunikasi
Saya pibadi menyikapi media sosial sebagai sarana komunikasi yang efektif, apalagi status sebagai pensiunan pegawai. Posisi sudah pensiun memang cukup jarang bertemu muka dengan orang lain. Dalam posisi pensiunan, akses untuk berkumpul dengan orang lain cukup terbatas.
Untuk itu, media sosial adalah sarana komunikasi yang efektif untuk berhubungan dengan orang lain. Hanya bermodal ponsel kita dapat menjangkau banyak orang di berbagai lokasi yang tersebar di dunia. Hanya dengan menekan kibor ponsel, kita dapat bertegur sapa dengan banyak orang, termasuk keluarga besar (trah) dan keluarga inti.