Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sudah Pensiun Pegawai Tetap Asyik Beraktivitas Tanpa Beban

11 Juli 2024   13:48 Diperbarui: 11 Juli 2024   13:58 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sayur bening dan lauk tahu geprek (dokpri)

Sudah Pensiun Pegawai Tetap Asyik Beraktivitas Tanpa Beban

Sejak pensiun dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) pada 1 Februari 2024, saya menikmati kehidupan dengan bahagia. Aktivitas pagi dapat saya lakukan tanpa diburu waktu. Setelah melaksanakan ibadah pagi pada hari Kamis (11/7/2024) aktivitas rutin saya tuliskan di sini. 

Duduk-duduk di teras rumah pada pagi hari cukup menyenangkan sejak pukul 06.00 hingga pukul 07.05 Wita. Angin bertiup lembut menerpa tubuh. Sementaraitu,  jari-jemari tangan asyik mengetik di laptop. Setelah satu judul diary selesai saya tulis, segera saya kirimkan ke blog kesayangan ini, Kompasiana.

Teras rumah segera saya tinggalkan. Aktivitas fisik yang berfungsi melancarkan peredaran aliran darah segera saya lakukan. Satu buah bak hitam ukuran besar, saya gunakan untuk merendam pakaian kotor. Kemudian, tiga buah bak air ukuran sedang saya gunakan untuk membilas. Tentu saja perlu diisi air bersih dari kran.

Mencuci pakain pribadi secara manual sangat mengasyikkan. Dua tangan dapat bergerak dengan nyaman. Jari-jemari tangan mengucek pakaian yang sudah beberapa saat direndam dengan air sabun.

Perlahan-lahan saya mengucek satu pakaian kemudian segera membilas menggunakan air bersih pada bak pertama, dibilas lagi pada bak kedua, hingga terakhir dibilas pada bak ketiga. Demikian berulang hingga semua pakaian yang direndam sudah dikucek dan dibilas semua.

Tali jemuran sudah menanti pada teras sebelah kiri rumah. Teras rumah kami beratap sehingga tidak ada sinar matahari dari atas, bisa langsung mengenai pakaian yang sudah dijemur.

Selesai menjemur semua pakaian, saya duduk-duduk sebentar mengeringkan keringat yang keluar sedikit. Suhu udara masih agak sejuk pagi hari  itu sehingga keringat tidak banyak keluar pada saat mencuci pakaian.

Setelah beberapa saat duduk, saya segera membersihkan badan. Mandi pagi sangat bagus dilakukan sebelum waktu subuh tetapi hari itu saya melakukan hampir pukul delapan pagi.

Keluar dari kamar mandi, istri tercinta menginformasikan bahwa ada kue bolu pisang sudah siap dinikmati. Tentu saja saya hanya mengiyakan. Belum ada tiga jam sarapan dan minum kopi ginseng, kok ditawari kue bolu pisang. Ya, ditunda dulu. Perut masih cukup kenyang.

Mengantarkan Istri ke Pasar Induk Penajam

Mendekati pukul sembilan, saya mengantarkan istri tercinta ke pasar induk Penajam. Perjalanan dari rumah menuju pasar sekitar sepuluh menit. Tugas saya hanya mengantarkan istri tercinta hingga sampai di pasar. Setelah istri turun ari boncengan sepeda motor, saya segera berbalik arah. Untuk pulang dari pasar, istri tercinta akan naik ojek pangkalan.

Sebelum meninggalkan pasar, saya membeli satu bungkus bubur kacang hijau ketan hitam plus kacang merah. Hanya satu bungkus saya beli. Istri tercinta dan anak ragil, Adib, kurang bersemangat makan bubur kacang hijau.

Sepeda motor langsung saya lajukan ke rumah di lingkungan perumahan kilometer satu setengah Penajam. Saya langsung masuk ke dalam rumah sementara sepeda motor masih diparkir di depan pintu dapur.

Menikmati Burjo Lanjut Berbelanja

Suhu udara saya rasakan cukup dingin saat berangkat dan pulang dari pasar induk Penajam. Untuk itu, saya ingin segera menghangatkan badan dengan menyantap burjo.

Bubur kacang hijau ketan hitam plus kacang merah (dokpri)
Bubur kacang hijau ketan hitam plus kacang merah (dokpri)
Mangkok kecil dan sendok makan segera saya siapkan. Burjo yang masih berbungkus plastik segera saya buka dan tuangkan isinya ke dalam mangkok. Dengan santai saya mulai menikmati burjo demi menghangatkan badan. Meskipun santan sudah tidak terlalu panas, rasa hangatnya masih terasa.

Kur bolu pisang buatan istri tercinta (dokpri)
Kur bolu pisang buatan istri tercinta (dokpri)
Setelah menikmati burjo, saya ingat kue bolu pisang yang ditawarkan istri tercinta. Saya pun segera mencomot beberapa potong kue bolu yang cukup lezat itu. 

Selanjutnya, setelah mencuci mangkok dan sendok, saya segera keluar rumah lagi. Masih ada dua agenda yang harus saya lakukan. Agenda pertama adalah membeli air minum isi ulang dua galon. Itu berarti dua kali pergi pulang karena saya tidak sanggup membawa dua buah galon sekaligus atau sekali jalan. 

Buah jeruk segar (dokpri)
Buah jeruk segar (dokpri)
Agenda kedua, saya perlu membeli buah di pasar tumpah belakang SD 003 Penajam di Gunung Seteleng. Ada satu tempat penjualan buah yang sudah menjadi langganan di sana. Ada dua jenis buah yang saya beli, yaitu buah jeruk (2 kg) dan buah semangka kuning yang tidak utuh. ukuran buah semangka cukup besar. Penjual membelah semangka menjadi beberapa bagian. Saya membeli potongan yang agak besar.

Buah semangka kuning (dokpri)
Buah semangka kuning (dokpri)
Harga dua kilogram jeruk Rp 25.000 (dua puluh lima ribu rupiah) dan harga sepotong buah semangka kuning (sekitar satu setengah kilogram) Rp 15.000 (lima belas ribu rupiah).

Pulang ke rumah, saya perlu beristirahat sejenak setelah beberapa kali pergi pulang naik sepeda motor. Sambil beristirahat saya sempat menyapu halaman (tepatnya jalanan depan rumah) yang banyak sampah daun kering. Sudah beberapa hari hujan. Daun-daun kering belum sempat dibersihkan.

Makan dengan Lauk Tahu Geprek

Seperti biasa, setelah melaksanakan ibadah siang, saya segera menikmati hidangan yang sudah tersaji di atas meja makan. Istri tercinta sudah mengetahui kebiasaan saya. Tidak bisa terlambat makan. Meskipun jumlah makanan (khususnya nasi) yang saya santap setiap kali makan tidak terlalu banyak, waktu untuk menikmatinya harus teratur. Tidak bisa terlambat terlalu lama. JIka saya terlambat makan agak lama, kepala bisa pusing.

Sayur bening dan lauk tahu geprek (dokpri)
Sayur bening dan lauk tahu geprek (dokpri)
Hidangan siang hari Kamis (11/7/2024) berupa sayur bening dan sambal tahu geprek. Lauk ikan dan tahu goreng juga disediakan di atas meja. Tidak lupa krupuk sebagai "musik" saat menikmati hidangan.

Ada tiga jenis sayur dalam panci sayur bening, yaitu sayur bayam, wortel, dan kecambah panjang. Kuah berasa manis seperti biasa. Tidak ada bumbu "kunci" yang lazim dicampurkan dalam sayur bening.

"Ini ekor ikan mas!" demikian istri tercinta berujar ketika meletakkan lauk ikan yang baru diangkat dari penggorengan.

Makan nasi secukupnya (dokpri)
Makan nasi secukupnya (dokpri)
Semangat untuk segera menikmati hidangan bangkit setelah melihat hidangan di atas meja makan. Aroma ikan goreng dan bumbu tahu geprek sangat menusuk hidung. Piring putih tempat nasi segera saya siapkan. Nasi yang saya ambil secukupnya. Saya tidak sanggup makan nasi terlalu banyak.

Siap menikmati hidangan (dokpri)
Siap menikmati hidangan (dokpri)
Selanjutnya sayur bening, sambal tahu geprek, dan sepotong ekor ikan mas dimasukkan ke dalam piring yang sudah berisi nasi putih itu. Ritual menikmati hidangan pun dimulai. Sementara itu, istri tercinta masih menyelesaikan kesibukan di depan kompor.

Anak ragil, Adib mengambil makanan dan dibawa ke kamarnya. Ia tidak biasa makan bersama kami di meja makan dapur. Kebiasaan sewaktu mondok di Yogya terbawa hingga di rumah.

Kembali ke Laptop

Pukul 13.00 Wita saya kembali duduk manis di depan laptop. Kali ini saya tidak duduk di teras rumah. Cuaca cukup panas di luar. Selain itu, sinar matahari sangat menyilaukan di teras rumah.

Untuk itu, saya duduk di depan meja kerja. Meskipun sudah pensiun sebagai PNS, meja kerja masih tetap saya gunakan untuk mengetik dan keperluan lain. Saya tidak ingin pada masa pensiun hanya duduk-duduk tanpa aktivitas yang lebih positif.***

Penajam Paser Utara, 11 Juli 2024

  

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun