Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Ayah Roro Mendut Kecewa, Apalagi Kekasih Gadis itu Lebih Kecewa: Ketoprak Sriwedari

9 Juli 2024   08:22 Diperbarui: 9 Juli 2024   12:16 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ayah Roro Mendut Kecewa, Apalagi Kekasih Gadis itu Lebih Kecewa: Ketoprak Sriwedari

Pertunjukan ketoprak dapat dijadikan nasihat yang baik. Pada sebuah lakon yang cukup populer, yaitu Roro Mendut, ditampilkan kisah dengan gaya penuturan yang menarik.

Pada hari Minggu (16/6/2024) kami menyaksikan pertunjukan ketoprak di Gedung Sriwedari Solo. Gedung yang  digunakan untuk penyelenggaraan pentas seni itu setiap malam selalu mementaskan kesenian (kecuali hari libur keagamaan). Jadwal pertunjukan ketoprak hanya satu kali dalam satu pekan, yaitu pada setiap hari Minggu.

Pada hari Senin hingga Sabtu, Gedung Sriwedari Solo digunakan untuk pentas Wayang Orang. Saya sangat penasaran untuk menyaksikan pertunjukan ketoprak di sana. Hari itu untuk pertama kali saya akan menyaksikan pertunjukan ketoprak di Gedung Sriwedari.

Tentu saja saya datang bersama rombongan Keluarga Trah Sastro Martoyo. Ada enam orang yang ikut menyaksikan pertunjukan ketoprak pada malam itu.

Lima Bagian Cerita Sebelumnya

Saya sudah membuat lima tulisan terkait pertunjukan ketoprak dengan lakon Roro Mendut. Pada tulisan pertama, saya menceritakan keadaan Gedung Sriwedari sebelum pertunjukan ketoprak dimulai. Ada sebuah gending atau lagu berjudul Mari Kangen yang dikumandangkan ketika saya merekam situasi di dalam gedung. Artikel pendek terkait hal itu dapat dibaca di sini.

Kemudian, pada tulisan kedua saya menceritakan kondisi permulaan sebelum pentas ketoprak dimulai. Pada bagian permulaan, ditampilkan tari-tarian, yaitu Tari Gambyong. Untuk menyaksikan cuplikan Tari Gambyong dan sedikit catatan terkait hal itu, silakan menekan tulisan ini.

Selanjutnya, pada artikel ketiga dirangkum cerita Roro Mendut pada babak pertama dan babak kedua. Pada intinya, Kemudo, pria yang sudah jatuh cinta pada Roro Mendut menginginkan orang tuanya pergi ke rumah ortu Roro Mendut untuk melamarkan. Pada awalnya ayah Kemudo tidak bersedia dengan alasan status sosial yang berbeda. Ortu Roro Mendut termasuk orang kaya sedangkan ortu Kemudo tidak kaya. Atas desakan Kemudo, akhirnya disepakati untuk pergi melamar ke rumah ortu Roro Mendut. Untuk membaca artikel ketiga itu silakan klik di sini. 

Cerita Roro Mendut semakin menarik. Pada artikel keempat disampaikan bahwa ortu Kemudo mendatangi rumah ortu Roro Mendut untuk melamar. Ketegangan terjadi karena ortu Roro Mendut menolak lamaran itu. Akhirnya, terjadi bentrok adu fisik antara prajurit yang dibawa ortu Kemudo dan prajurit ortu Roro Mendut. Video cuplikan perkelahian antara dua kelompok prajurit dapat disaksikan dalam artikel ini.

Usai terjadi bentrokan, masalah baru muncul. Kemudo menculik Roro Mendut atas rekomendasi ayahnya. Penculikan itu disambut gembira oleh Roro Mendut. Diculik tetapi merasa senang karena yang menculik adalah kekasih hatinya. Namun, ayah Roro Mendut tentu saja marah dan mencari keberadaan putrinya tersebut. Singkat cerita, ayah Roro Mendut berhasil menemukan putrinya bersama Kemudo dan ayah Kemudo.

Ayah Roro Mendut pingsan (dokpri)
Ayah Roro Mendut pingsan (dokpri)
Dalam artikel kelima yang sudah dipublikasikan, ada cuplikan video yang menggambarkan ayah Roro Mendut pingsan setelah dikenai tombak yang dibawa ayah Kemudo. Untuk mendapatkan kembali Roro Mendut, ia harus sanggup melawan atau menangkis tombak yang diarahkan ke tubuhnya. Namun sayang, ayah Roro Mendut tidak sanggup menangkis tombak tersebut. Jika penasaran untuk menonton videonya, silakan klik di sini.   

Kemudo Marah karena Roro Jonggrang Dibawa ke Kerajaan

Bagaimana cerita selanjutnya? Pada saat ayah Roro Mendut pingsan, datanglah orang kerajaan (penguasa wilayah). Orang itu ingin mengikuti sayembara. Pada adegan sebelumnya diceritakan bahwa ayah Roro Mendut dapat membawa kembali putrinya itu jika sanggup menangkis tombak yang dibawa ayah Kemudo.

Berhubung ayah Roro Mendut tidak mampu menangkis tombak, orang dari kerajaan itu ingin mencoba mengikuti sayembara itu. Tentu saja ayah Kemudo bersedia melakukan permintaan orang dari kerajaan tersebut. Nah, ternyata orang dari kerajaan memiliki kesaktian yang lebih tinggi. Ia sanggup menangkis tombak itu.

Orang kerajaan ingin ikut sayembara (dokpri)
Orang kerajaan ingin ikut sayembara (dokpri)
Selanjutnya orang kerajaan itu meminta ayah Kemudo untuk membangunkan ayah Roro Mendut. Setelah ayah Roro Mendut bangun (siuman dari pingsan), ia diberi tahu bahwa orang kerajaan sanggup menangkis tombak yang dibawa ayah Kemudo.

Untuk itu, tombak diminta orang kerajaan. Demikian pula Roro Mendut harus mau ikut dibawa ke kerajaan. Hal itu tentu membuat tiga laki-laki yang ditinggalkan tersebut kecewa.

Paling kecewa adalah Kemudo, kekasih hatinya dibawa ke kerajaan. Untuk melampiaskan rasa kecewa, Kemudo memarahi ayah Roro Mendut yang tidak mau sejak awal menerima lamarannya.

Namun, apa boleh dikata, nasi sudah menjadi bubur. Ayah Roro Mendut kehilangan putrinya dan Kemudo kehilangan kekasih hatinya. 

Selanjutnya, ayah Kemudo memberikan saran kepada putranya itu untuk pergi berguru atau mencari ilmu agar bisa menemui atau mendapatkan kembali Roro Mendut. Untuk pergi berguru, Kemudo diminta mengganti namanya menjadi Pronocitro.

Demikianlah cerita Roro Mendut yang dipentaskan di Gedung Sriwedari Solo pada hari Minggu (16/6/2024). Cerita malam itu merupakan bagian pertama. Untuk cerita bagian kedua dipentaskan pada pekan berikutnya (23/6/2024).

Pada hari Minggu (23/6/2024) kami tidak menyaksikan kelanjutan cerita ketoprak Roro Mendut di Gedung Sriwedari karena kami sudah memiliki agenda lain. 

Nasihat dari Pertunjukan Ketoprak

Setelah menyaksikan pertunjukan ketoprak dengan cerita Roro Mendut, ada beberapa catatan yang saya dapatkan. Dari sisi cerita, ada amanat bagi orang tua bahwa  orang tua yang memiliki anak gadis perlu mempertimbangkan dengan baik jodoh atau calon suami bagi putrinya.

Orang tua tidak boleh egois hanya memandang dari satu sisi, dari kekayaan atau status sosial, misalnya. Mungkin status sosial atau harta orang tua besan rendah atau kecil. Itu bukan berarti moralitas atau sifat-sifat kemanusiaanya ikut rendah pula.

Ketika dua sejoli sudah sama-sama saling mengenal dan merasa cocok, orang tua tinggal merestui meskipun status sosial atau kekayaan tidak sebanding.

Dampak dari penolakan sebuah lamaran sungguh luar biasa. Bukan hanya kehilangan calon menantu, anak sendiri bisa ikut "hilang" dan tidak dapat "diambil lagi" sebagai anak untuk dicarikan jodoh pria lain.

Demikian sedikit nasihat untuk orang tua yang memiliki anak gadis. Jika memang sudah ada pria yang cocok baginya, silakan orag tua merestui dengan beberapa catatan, mungkin. ***

Penajam Paser Utara, 9 Juli 2024      

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun