Berjalan kaki dari Slasar Malioboro di dekat stasiun Tugu menuju papan bertuliskan Jl. Malioboro membutuhkan waktu tidak sebentar. Jarak yang harus ditempuh sekitar tiga kilometer. Kami tidak ingin naik becak atau naik dokar alias andong. Kami memang sengaja ingin berjalan kaki pada cuaca yang agak panas hari Selasa itu.
Ketika kami melewati sebuah toko Lumpia, ada pengamen tunanetra yang sedang menyanyi dan berjalan berlawanan arah dengan kami. Pengamen itu menyanyi sambil berjalan ke arah utara sedangkan kami berjalan ke arah selatan.Â
Selama beberapa saat saya mengamati pengamen wanita itu. Saya dengarkan suaranya dan tentu saja saya rekam sebentar untuk kenang-kenangan. Pengamen itu berjaln perlahan tiada henti sambil bernyanyi. Suaranya cukup bagus. Beberapa orang pejalan kaki ada yang memberikan uang kepada pengamen tunanetra tersebut.
Banyak Orang Antre Berfoto
Setelah berjalan cukup berkeringat, akhirnya kami sampai di papan yang bertuliskan nama Jl. Malioboro. Pada saat kami tiba di dekat tiang dan papan bertuliskan nama jalan ikon Yogyakarta itu, sudah ada beberapa orang yang antre untuk berfoto. Saya tidak ingin kehilangan kesempatan.
Setelah beberapa saat berada di sekitar tiang dan papan bertuliskan nama Jl. Malioboro, kami pun langsung berbalik arah, berjalan ke arah utara, kembali ke posisi awal berangkat.
Perjalanan kembali ke posisi awal dapat dibaca dan disaksikan videonya dalam tulisan berikut ini. Setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan itu, kami singgah di sebuah warung makan di Slasar Malioboro. Catatan saat kami berdua menikmati hidangan di warung itu dapat dibaca pada tulisan ini.
Selesai menikmati makan di siang hari itu (25/6/2024) kami bersiap menuju hotel tempat menginap setelah tas berisi pakaian dan laptop saya ambil dari tempat penitipan barang. Ongkos empat puluh ribu tidak bertambah. Artinya, waktu menitipkan barang tidak lebih dari dua jam. Padahal, saya merencanakan menitipkan barang selama tiga jam. Untuk itu, saya tidak perlu menambah biaya penitipan barang (tas).