Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Jumpa Pengamen Tunanetra dengan Suara Bagus di Jalan Malioboro Yogyakarta

8 Juli 2024   07:14 Diperbarui: 8 Juli 2024   07:22 898
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berjalan kaki dari Slasar Malioboro di dekat stasiun Tugu menuju papan bertuliskan Jl. Malioboro membutuhkan waktu tidak sebentar. Jarak yang harus ditempuh sekitar tiga kilometer. Kami tidak ingin naik becak atau naik dokar alias andong. Kami memang sengaja ingin berjalan kaki pada cuaca yang agak panas hari Selasa itu.

Slasar Malioboro (dokpri)
Slasar Malioboro (dokpri)
Berhubung cukup banyak para pejalan kaki di sisi kiri dan kanan jalan beraspal, kami tidak merasa malu. Area trotoar yang lebar memang diperuntukkan bagi para pejalan kaki. Selain itu, ada banyak bangku atau tempat duduk yang cukup kokoh disiapkan di sepanjang trotoar.

Ketika kami melewati sebuah toko Lumpia, ada pengamen tunanetra yang sedang menyanyi dan berjalan berlawanan arah dengan kami. Pengamen itu menyanyi sambil berjalan ke arah utara sedangkan kami berjalan ke arah selatan. 

Selama beberapa saat saya mengamati pengamen wanita itu. Saya dengarkan suaranya dan tentu saja saya rekam sebentar untuk kenang-kenangan. Pengamen itu berjaln perlahan tiada henti sambil bernyanyi. Suaranya cukup bagus. Beberapa orang pejalan kaki ada yang memberikan uang kepada pengamen tunanetra tersebut.

Banyak Orang Antre Berfoto

Setelah berjalan cukup berkeringat, akhirnya kami sampai di papan yang bertuliskan nama Jl. Malioboro. Pada saat kami tiba di dekat tiang dan papan bertuliskan nama jalan ikon Yogyakarta itu, sudah ada beberapa orang yang antre untuk berfoto. Saya tidak ingin kehilangan kesempatan.

Istri tercinta malu difoto (Dokpri)
Istri tercinta malu difoto (Dokpri)
Istri tercinta yang kurang suka difoto terpaksa saya curi posisinya ketika berada dekat papan bertuliskan nama Jl. Malioboro. Hasil pemotretan kurang bagus tetapi sudah cukup sebagai bukti bahwa kami sudah pernah sampai di lokasi itu.

Dokpri
Dokpri
Saya berswafoto dengan latar beberapa orang yang sedang bersiap-siap untuk berfoto bersama. Memang saya sengaja melakukan itu untuk menimbulkan kesan alami, tidak dibuat-buat.  

Setelah beberapa saat berada di sekitar tiang dan papan bertuliskan nama Jl. Malioboro, kami pun langsung berbalik arah, berjalan ke arah utara, kembali ke posisi awal berangkat.

Perjalanan kembali ke posisi awal dapat dibaca dan disaksikan videonya dalam tulisan berikut ini. Setelah melakukan perjalanan yang cukup melelahkan itu, kami singgah di sebuah warung makan di Slasar Malioboro. Catatan saat kami berdua menikmati hidangan di warung itu dapat dibaca pada tulisan ini.

Selesai menikmati makan di siang hari itu (25/6/2024) kami bersiap menuju hotel tempat menginap setelah tas berisi pakaian dan laptop saya ambil dari tempat penitipan barang. Ongkos empat puluh ribu tidak bertambah. Artinya, waktu menitipkan barang tidak lebih dari dua jam. Padahal, saya merencanakan menitipkan barang selama tiga jam. Untuk itu, saya tidak perlu menambah biaya penitipan barang (tas).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun