Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Makan Bergizi Tidak Harus Berupa Nasi dan Lauk-Pauk Konvensional

4 Juni 2024   06:51 Diperbarui: 4 Juni 2024   07:00 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siswa Berliterasi dengan Makanan Bergizi

Guru Bahasa Indonesia dapat menugasi setiap siswa untuk bercerita terkait  makanan yang disantap setiap harinya. Mungkin bisa harian atau mingguan tugas ditagih (ditanyakan). Siswa diminta bercerita secara lisan atau dalam bentuk tulisan terkait jenis makanan yang dipilih di kantin. Bagaimana rasanya. Bagaimana porsi yang disajikan, apakah cukup atau masih kurang untuk memenuhi kebutuhan makannya.

Dengan membuat cerita nyata seperti itu, guru Bahasa Indonesia akan mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang gizi, porsi makan, selera makan, kebersihan tempat makan, dan banyak hal yang dapat diceritakan siswa.

Cerita berbentuk lisan atau tulisan itu dapat dijadikan bahan evaluasi untuk penyediaan makanan pada bulan-bulan berikutnya. Selain itu, dengan lebih sering siswa diminta untuk bercerita, kemampuan siswa untuk berliterasi akan semakin meningkat. 

Kesimpulan

Kebijakan pemerintah terkait makan bergizi gratis harus disambut baik oleh pihak sekolah. Dana untuk makan bergizi gratis sebaiknya dikelola oleh pihak sekolah. Dana disalurkan seperti BOS Kinerja. Pihak sekolah perlu melakukan survei atau membuat angket terkait makanan yang diinginkan siswa melalui program tersebut. Makanan bergizi tidak harus berupa nasi dan lauk-pauk konvensional.

Pihak sekolah dapat bekerja sama dengan kantin atau koperasi sekolah. Sebaiknya setiap siswa diberi voucher untuk ditukar dengan makanan di kantin atau koperasi sekolah. Siswa yang tidak hadir di sekolah dapat memanfaatkan voucher pada hari berikutnya saat ia kembali masuk ke sekolah.

Penajam Paser Utara, 4 Juni 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun