Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Silaturahim Lebaran sambil "Momong" Cucu

11 April 2024   06:27 Diperbarui: 11 April 2024   06:45 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Silaturahim Lebaran sambil Momong Cucu

Hari pertama lebaran, Rabu (10/4/2024) saya merasa bersyukur karena dapat berkumpul dengan seluruh anggota keluarga Suprihadi Family di rumah Penajam, Kalimantan Timur.

Sebagai ayah, suami, dan kakek, saya perlu menjalin keakraban dengan seluruh anggota keluarga Suprihadi Family yang berjumlah delapan orang.

Istri saya, Siti Asfiyah memegang kendali pada bagian dapur. Jenis masakan dan bagaimana pengelolaan makanan dikoordinasikan dengan menantu (istri Yunus/mbak Fita).

Yunus (anak pertama) bertindak selaku driver dan pengelolaannya. Yunus yang menyewa (carter) mobil dari Haji Makmur, tetangga dekat rumah.

Arifin (anak kedua) cukup sibuk dengan tugas kantor (kerja WfH). Libur kerja hanya pada hari H lebaran. Namun, di sela-sela waktu kerja, saya berusaha memberdayakan tenaganya untuk urusan ini dan itu.

Adib (anak ketiga) bagian pengelolaan air minum dan pengisian gas untuk memasak. Jargas (jaringan gas) yang kami gunakan memakai pulsa. Jika angka meteran pulsa sudah menipis, Adib bertugas untuk membeli pulsa jargas.

Dengan pembagin tugas yang jelas dan transparan, sebagai ayah, saya tinggal memantau keberlangsungan semua agenda yang direncanakan.

Berkunjung ke Rumah Tetangga

Usai melaksanakan salat Idulfitri, kami beristirahat sebentar. Saya meminta anak-anak,menantu, dan cucu untuk bersilaturahim ke tetangga sekitar rumah.

Saya dan anak ragil, Adib tetap tinggal di rumah untuk berjaga-jaga, siapa tahu ada tamu yang datang. Istri tercinta memandu lokasi rumah yang dituju (didatangi). Anak-anak (Yunus dan Arifin), menantu (mbak Fita), dan dua cucu (Zaki dan Saskia) mengikut saja.

Pada saat mereka berkeliling dari satu rumah ke rumah lain, ada tamu yang datang ke rumah. Pak Edy Prayitno datang bersama istri tercinta, Bu Lis. Saya memberitahukan bahwa istri saya dan anak, menantu, serta cucu sedang berkeliling ke tetangga.

"Tadi saya ke rumah Pak Yono juga tidak ada. Ke rumah Haji Ahmad Muzni juga tidak ada!"

Demikian Bu Lis dan Edy Prayitno memberikan informasi.

Pada hari pertama lebaran biasanya para orang tua bersilaturahim ke rumah kerabat dekat yang rumahnya relatif tidak dekat. Demikian tradisi yang sempat saya perhatikan.

Berkunjung ke Rumah Teman

Beberapa saat kemudian istri tercinta bersama anak, menantu dan cucu sudah pulang kembali ke rumah. Arifin mengeluh karena cuaca cukup panas. Ia tidak mau ikut berkeliling ke rumah-rumah tetangga lagi. Ada agenda lain.

Saya pun mengusulkan untuk berkunjung ke rumah mantan teman kerja, yaitu ke rumah Pak Sukemat (mantan karyawan/staf tata usaha SMA 1 Penajam).

Kami sepakat. Perjalanan pun dimulai dengan mobil carteran.  Yunus sebagai driver. Saya duduk di sampingnya. Pada bangku tengah duduk istri tercinta, menantu, dan dua cucu kami.

Perjalanan sekitar dua kilometer cukup menyenangkan dengan celoteh dua cucu yang tiada henti. Zaki dan Saskia begitu "rajin" berbicara sehingga kami merasa terhibur atas celotehannya itu.

Sasaran rumah pertama berhasil kami kunjungi. Saya memang merasa yakin bahwa Pak Sukemat ada di di tempat. Beliau sudah cukup lama pensiun dari PNS (Pegawai Negeri Sipil). Istrinya di rumah menderita sakit sudah bertahun-tahun.

Ada dau anak Pak Sukemat yang "mudik", yaitu Juli Purnomo dan Ryan. Keduanya sudah berkeluarga. Kami berjabat tangan dengan dua anak Pak Sukemat sebelum masuk ke dalam rumah.

Dua anak Pak Sukemat tersebut duduk-duduk di teras rumah. Ada juga anak-anak mereka (cucu-cucu Pak Sukemat) yang saya belum begitu mengenalnya.  

Dua Cucu  Kami sangat Gembira

Saya merasakan bahwa dua cucu kami (Zaki dan Saskia) begitu gembira diajak bersilaturahim ke rumah-rumah tetangga dan mantan teman kerja saya.

Saat mau pulang dan diberi angpao oleh pemilik rumah, rasa gembiranya begitu meluap-luap. Kami ikut tertawa dengan polah tingkah dua bocah yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak, kelas nol besar dan nol kecil tersebut.

Setelah keluar dari rumah Pak Sukemat, kami merencanakan kunjungan ke rumah berikutnya, yaitu ke rumah adik ipar saya di belakang pasar induk Penajam.

Berhubung tidak konfirmasi lebih dahulu, kami tidak dapat bertemu. Adik ipar yang masih muda tentu sedang berkeliling  ke rumah kerabat di sekitar tempat tinggalnya.

Selanjutnya kami berpindah ke rumah teman istri di kampung. Rumah yang kami kunjungi itu berada tidak jauh dari Gedung SMP 10 PPU, di daerah kelurahan Nenang.

Alhamdulillah, kami dapat berjumpa dengan tuan dan nyonya rumah, Pak Wardi dan Bulik Wardi, demikian kami mneyebut begitu. Bulik Wardi merupakan teman istri tercinta sewaktu di kampung (Kota Magelang, Jawa Tengah). Kami mengobrol cukup lama.

"cimik-cimik" yang gurih (dokpri)
Dua cucu kami cukup asyik menkmati hidangan lebaran di atas meja. Ada camilan berbentuk stik yang disukainya. Orang menyebutnya "cimik-cimik" tetapi bumbu yang dipakai adalah bumbu untuk membuat kerupuk khas Kaltim.

Saya sempat berswafoto di ruang tamu Pak Wardi. Saat itu saya sudah mengganti baju. Berhubung cuaca cukup panas, saya mengenakan kaos lengan panjang tanpa kerah.

Kaos itu cukup nyaman dipakai pada suhu udara yang panas. Saya tidak merasakan "sumuk" atau berkeringat. Sinar matahari yang memancar begitu kuat memang membuat banyak orang mengeluh kepanasan.

Namun, kegembiraan dua cucu kami telah mencairkan suasana. kami dapat tertawa gembira saat mendengar celoteh dua cucu yang terkadang di luar dugaan.

Penajam Paser Utara, 11 April 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun