Masa Awal Bekeluarga Sibuk Merapikan Rumah
Pada waktu masih awal-awal berkeluarga, kami selalu sibuk merapikan rumah jelang lebaran tiba. Mengapa? Rumah kami berpindah-pindah. Maksudnya, saat belum mempunyai rumah pribadi, kami masih menyewa rumah dan seingat saya sudah tiga tempat rumah sewa yang kami tinggali.
Waktu itu, di rumah sewa masih berupa rumah kayu. Lantai terbuat dari kayu (papan) pula. Kami harus menggunakan karpet plastik agar lebih nyaman. Karpet plastik, meskipun sudah membeli yang agak tebal, tetap saja mudah sobek. Untuk itu, kami sering dibuat sibuk untuk menutupi (menambal) karpet  plastik yang sobek itu.
Kami harus memutar otak agar tidak membeli karpet plastik baru secara menyeluruh untuk semua lantai. Tambal sulam pun dilakukan. Karpet yang banyak sobeknya diletakkan di tempat yang bukan ruang tamu. Kalau ada sobek sedikit, kami tutup dengan karpet lain yang berwarna senada.
Hingga awal-awal tinggal di rumah pribadi, kami masih menggunakan karpet plastik. Waktu itu lantai masih semen biasa. Adonan atau campuran semen dan pasir kurang bagus sehingga lantai semen mudah retak dan akhirnya menimbulkan lubang.
Karpet plastik yang menutupi lantai pun ikut sobek. Tambal sulam pun dilakukan. Apalagi, waktu itu rumah belum direnovasi (belum ditinggikan), sehingga sempat beberapa kali tergenang banjir di dalam rumah.
Jika mengenang saat itu, kami benar-benar merasa sedih. Bagaimana tidak? Air menggenang di dalam kamar tidur dan kamar lain. Sementara hujan masih turun. Waktu itu, sempat pas bulan Ramadan terkena musibah banjir.
Sebagian barang kami yang tidak seberapa jumlahnya ikut terendam banjir. Tempat di atas meja dan lemari sudah penuh barang. Ada barang yang harus dikorbankan tetap terendam air.
Kondisi Berubah, Rumah Lebih Mudah Dirapikan
Seiring perjalanan waktu, kami dapat sedikit demi sedikit melakukan renovasi rumah. Lantai ditimbun sehingga sudah sama rata dengan jalan di depan rumah. Itu artinya, jika hujan turun deras, air tidak sempat menggenangi rumah kami.
Saat ini kami benar-benar merasa bersyukur. Saat saya sudah purnatugas dari ASN (Aparatur Sipil Negara), kondisi rumah sudah lebih baik.