Pembeli yang datang bermobil tidak cangggung masuk ke warung sederhana yang berlantai tanah tersebut. Namun, saya perhatikan penataan tempat (meja dan kursi) semakin diperhatikan. Para pengunjung dibuat lebih nyaman dengan posisi meja yang semakin tertata.
Di warung Soto DPR sudah beberapa kali saya berjumpa dengan mantan siswa (SMA Penajam). Pada hari Rabu itu seorang pegawai berseragam putih mendekati saya dan langsung saya ajak berswafoto.
"Namamu siapa?"
Dengan cekatan pegawai itu menunjukkan name tag-nya. Dengan gesit identitas personal itu segera saya jepret agar tidak lupa.
Rupanya dia pegawai BKPP (Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Pelatihan) yang lebih dikenal dengan nama instansi BKD (Badan Kepegawaian Daerah).
Kami mengobrol sebentar untuk lebih saling mengenal. Pak Imam Mudin pun ikut menimbrung obrolan kami berdua. Suasana ceria pun tercipta.
Usai menikmati soto DPR yang cukup hangat pada siang hari itu, Pak Imam Mudin yang membayar (menraktir). Saya bawa tiga tusuk sate telur puyuh (gemak) untuk dibawa pulang. Satu tusuk berisi tiga butir telur puyuh.
Meninggalkan warung, saya diantar pulang. Dalam perjalanan, saya melihat ada penjual buah musiman. Ada penjual buah manggis di dekat jalan masuk ke Perumahan Km 4 Nenang. Pak Imam Mudin menghentikan mobil. Saya bergegas menuju tempat penjual yang menggunakan mobil pikap (pick up).
Sambil bertanya harga per kilogram, saya minta izin mencicipi.
"Lima belas!" Demikian jawab sang penjual buah manggis. Satu kilogram lima belas ribu rupiah.