Aktivitas 39 Hari Menjelang Purnatugas
Hari Ahad (24/12/23) tepat 39 hari jelang purnatugas. Tidak ada agenda keluar rumah (lagi). Kegiatan sejak pagi berkutat dari ruang tengah, dapur, kamar mandi, kamar tidur, dan teras. Tidak ada kegiatan jauh dari rumah.Â
Rutinitas mencuci pakaian pribadi saya lakukan setelah menikmati secangkir kopi ginseng. Tidak banyak pakaian kotor yang dicuci karena satu hari sebelumnya, saya sudah mencuci.
Fokus perhatian saya pada hari Ahad itu adalah penyelesaian laporan e-KINERJA. Beberapa data yang sudah ada perlu di-pdf.-kan kemudian disimpan dalam DRIVE. Untuk melakukan hal itu tidaklah terlalu sulit. Hal yang cukup berat adalah untuk memulai atau mengawali prosesnya.
Beberapa data yang harus diunggah dalam aplikasi e-KINERJAÂ harus saya minta kepada orang lain. Selain itu, saya perlu membuka dokumentasi (foto) dari GOOGLE FOTO. Perlu langkah-langkah serius untuk memulai itu semua.
Tahap demi tahap saya dapat mengagendakan hal itu. Hingga menjelang senja saya masih berada di depan laptop. Istri tercinta menambah camilan pada sore hari itu.
Pada pagi hari sudah ada camilan yang dibeli dari pedagang keliling. Istri membeli karena rasa kasihan. Sang penjual seorang ibu yang sudah berusia lanjut. Istri "terpaksa" membeli karena sang penjual sudah telanjur berada di depan pintu dapur. Biasanya, pintu dapur itu ditutup sehingga sang penjual tidak "leluasa" singgah ke rumah.
Istri "terpaksa" membeli kue dari ibu yang sudah tua itu karena di rumah masih ada camilan lain. Khawatir camilan yang di rumah tidak termakan sehingga proses membeli ada kata "terpaksa".
Hingga malam hari camilan itu belum habis dimakan. Kami hanya bertiga. Masih ada camilan kue lemang yang dibeli sehari sebelumnya. Istri membeli dua batang bambu kue lemang. Pada hari sebelumnya baru termakan satu batang.Â
Pagi-pagi hari Ahad itu istri sudah menghangatkan kue lemang itu dengan cara dikukus. Hingga senja hari baru separuh kue lemang itu termakan karena masih ada makanan tambahan lain seperti kolak pisang plus labu kuning.
Pada sore jelang senja hari Ahad itu, istri tercinta membeli dua sisir pisang kepok (pisang sanggar). Satu sisir seharga delapan belas ribu rupiah (Rp 18.000). Untuk menghangatkan sore, istri menggoreng beberapa biji pisang kepok itu. Bertambah lagi variasi camilan.