Tips Sederhana Mengembangkan Paragraf dalam Artikel
"Waduh, macet!" Demikian ucapan seseorang saat sudah mulai mengembangkan tulisan. Ia sudah membuat kerangka tulisan yang sering disebut outline. Topik yang dibahas sudah dipilih yang menarik minatnya. Garis besar tulisan (outline) juga sudah disusun rapi. Namun, pada saat mengembangkan sebuah bagian dari outline, ia mengalami kesulitan alias macet. Jari-jemari tangan tidak dapat menekan tombol huruf untuk membuat kalimat berikutnya. Apa yang perlu dilakukan?
Dunia tulis- menulis memang cukup unik. Ada seseorang yang cukup lancar mengetik huruf demi huruf untuk membentuk kata. Kemudian kata-demi kata diketik membentuk kalimat. Selanjutnya, kalimat demi kalimat disusun membentuk paragraf demi paragraf. Intinya, mengalir saja terus, tiada jeda!
Apa rahasianya?Â
Tidak ada rahasia dalam menulis karangan/artikel jenis apa pun. Lho? Semua terjadi melalui proses yang tidak sebentar. Seorang wartawan senior dapat membuat liputan begitu apik dan enak dibaca karena sudah terlalu sering menulis laporan serupa. Mungkin sudah ratusan atau ribuan kali ia menulis hal yang mirip atau sejenis itu.
Jadi bagaimana? Untuk terampil menulis perlu sering menulis. Artinya, kita harus sering mengetikkan huruf demi huruf sesering mungkin. Langkah-langkahnya bagaimana? Silakan membaca tulisan ini.
Berapa lama waktu diperlukan untuk menulis secara rutin tentang deskripsi benda-benda di sekitar kita? Berapa lama waktu diperlukan untuk menulis secara rutin peristiwa yang sudah terjadi atau yang sudah kita alami? Untuk melatih keterampilan mengelola kata dan kecepatan menulis, perlu waktu sekitar satu pekan hingga satu bulan.
Secara rutin, menulislah setiap hari tentang nama-nama benda di sekitar kita. Sebutkan ciri-ciri benda tersebut. Selanjutnya, ceritakan pula manfaat atau kegunaan benda-benda itu. Tulis setiap hari hingga jari-jemari Anda benar-benar lincah menekan tombol demi tombol dalam laptop atau ponsel. Setelah Anda merasa jari-jemari tangan sudah begitu lincah menekan-nekan tombol huruf dan angka, barulah bisa mulai menulis artikel yang "berbobot" dan enak dibaca.
Tahap Pertama Mengembangkan Paragraf
Outline tentu menjadi modal utama. Artinya, kerangka tulisan (outline) perlu dibuat lebih dahulu sebelum tahap pengembangan paragraf. Anggap saja outline sudah siap dan kita perlu segera mengembangkan untuk dijadikan paragraf demi paragraf.Â
Contoh outline sederhana
Topik: Ayahku Hebat
I Â Â Pendahuluan: Pengenalan ayah
II Â Ayahku Pahlawan Keluraga Â
- A. Perjuangan Ayah
- B. Dedikasi AyahÂ
- C. Keberhasilan Ayah
III Ayahku Teladan KeluargaÂ
- A. Sifat-Sifat Positif AyahÂ
- B. Pengaruh Ayah dalam KeluargaÂ
- C. Pelajaran Hidup dari Ayah
 Untuk mengembangkan bagian pendahuluan, Anda tidak menemui kesulitan , bukan? Ceritakan tentang sosok ayah yang hebat itu secara umum, misalnya
Ayah adalah lelaki yang sangat hebat di mataku. Meskipun berasal dari keluarga yang sederhana, ayah tidak merasa minder atau rendah diri bergaul dengan siapa saja. Satu hal yang masih saya ingat, ayah selalu berusaha dapat bergaul dengan siapa pun. Entah itu kalangan atas, kalangan menengah, atau kalangan bawah. Pada intinya, ayah tidak pilih-pilih dalam bergaul di masyarakat.Â
Bagian pendahuluan tidak perlu terlalu panjang. Ceritakan secukupnya. Bagian pendahuluan berfungsi untuk mengenalkan sesuatu atau seseorang yang akan diulas atau dibahas pada bagian-bagian (bab-bab) berikutnya.
Untuk mengembangkan bagian II kita perlu mengetahui makna atau arti setiap istilah yang digunakan. Kata pahlwan harus kita ketahui benar makna dan ciri-cirinya. Kata perjuangan juga harus kita pahami lebih dahulu. Demikian pula kata dedikasi dan keberhasilan. Makna kata-kata itu perlu kita cerna dengan baik. Kalau perlu kita membuka kamus (KBBI V), mencatat makna kata dasarnya dan makna kata turunannya. Dengan langkah seperti itu, kita akan lebih mudah mengembangkan paragraf dari outline sederhana tersebut.
Contoh pengembangan dari II A. Perjuangan Ayah
Ayah mempunyai delapan anak, termasuk saya sebagai anak keempat. Anak pertama perempuan. Anak kedua juga perempuan. Anak ketiga, keempat, kelima, dan keenam laki-laki. Baru anak kedelapan perempuan lagi. Untuk menghidupi kedelapan anaknya, ayah harus bekerja keras dibantu ibu tercinta.Â
Setiap bangun pagi, ayah membantu ibu memasak di dapur. Ibu berjualan nasi soto dan nasi pecel di sebuah warung sederhana. Perlu persiapan sejak pagi sebelum subuh tiba. Ayah bagian menanak nasi dengan pemanas dari tungku. Kayu bakar harus disiapkan untuk memasak nasi tersebut. Cukup banyak beras yang harus dimasak menjadi nasi. Saat mengaduk di dalam panci yang besar itu perlu perjuangan. Asap dari kayu bakar akan mengenai wajah ayah saat mengaduk beras yang mulai melunak di dalam panci yang mendidih airnya. Saya sering menyaksikan ayah harus memicingkan mata agar tidak terkena asap dari kayu bakar.
Usai membantu ibu di dapur, ayah berangkat kerja. Pekerjaan ayah termasuk kerja kasar. Tugas ayah sehari-hari adalah memelihara taman. Setiap hari harus mandi sinar surya saat membersihkan rumput yang tumbuh di sela-sela tanaman kembang yang elok. Bukan hanya itu. Ketika ada tanaman yang sudah mati, ayah harus mengganti tanaman baru. Cukup luas area taman yang harus diurus oleh ayah.
Tengah hari ayah sudah menyelesaiakan tugas memelihara taman. Ayah tidak bisa beristirahat terlalu lama. Ada pekerjaan lain yang sudah menunggu. Ada bengkel sederhana yang melayani tambal ban. Ada pula aktivitas memperbaiki sepatu yang rusak (sol sepatu). Intinya, ayah kerja serabutan. Jika ada yang minta tolong untuk menambal ban yang bocor, ayah siap membantu. Jika ada sepatu (kulit) dari tetangga atau masyarakat umum yang perlu diperbaiki, ayah siap membantu.
Pada sore hari, ayah masih harus mencari rumput untuk kambing-kambing kami yang jumlahnya kian hari kian bertambah banyak. Semula hanya satu pasang (jantan dan betina), kina sudah beranak pinak menjadi sepuluh ekor kambing. Ayah perlu mencari rumput pada tanah lapang atau kebun kosong yang masih banyak di kampung kami saat itu. Kambing-kambing kami  berada di kandang. Mereka tidak mencari makan sendiri. Ayahlah yang mencarikan makan untuk kambing-kambing tersebut.
Demikian contoh pengembangan paragraf yang sederhana. Kalimat demi kalimat mengalir secara alami. Hal-hal yang terkait topik dan subtopik diceritakan dengan lancar.
Bagaimana untuk outline bagian berikutnya? Anda dapat mencoba mengembangkan bagian II B, II C, dan seterunya. Bisa pula Anda membuat outline baru dan mencoba mengembangkan tahap demi tahap seperti contoh di atas.Â
Kita tidak akan pernah bisa kalau tidak pernah mencoba. Kita tidak akan memperoleh keberhasilan kalau belum pernah menemui kegagalan. Keberhasilan dan kegagalan itu satu paket. Setiap keberhasilan diawali dari kegagalan demi kegagalan.
Penajam Paser Utara, 19 November 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H