Berliterasi di IKN Nusantara
Kecamatan Sepaku merupakan bagian dari Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur. Wilayah tersebut sudah ditetapkan sebagai bagian dari Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Namun, pada saat tulisan ini disusun, wilayah itu masih menjadi bagian Pemerintah Kabupaten Penajam Paser Utara.
Pada hari Senin (9/10/23) kami berkesempatan untuk berkunjung ke IKN, khususnya ke aula kantor camat Sepaku. Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) yang memiliki hajat (kegiatan). Saya dan Bu Fitrawati dari disdikpora PPU diberi kesempatan untuk menjadi narasumber dalam kegiatan Sosialisasi Budaya Baca dan Literasi tersebut.
Kegiatan sosialisasi tersebut merupakan kegiatan kedua. Pada tanggal 27 September 2023, saya, Suprihadi dan Pak Sutrisno diberi kesempatan untuk melakukan hal yang sama di aula atau ruang pertemuan Kecamatan Babulu.Â
Baca juga: strategi-meningkatkan-minat-baca-masyarakat
Berhubung waktu tempuh ke IKN Nusantara memerlukan waktu lebih dari satu jam, kami berangkat lebih pagi. Pak Agus Irawan menjemput saya di Perumahan Penajam Indah Lestari, km 1,5 Penajam. Jalanan masih agak sepi. Mobil dinas yang dikemudikan Pak Agus Irawan dapat meluncur lebih leluasa.
Tiba di IKN, tepatnya di aula camat Sepaku suasana masih sepi. Perjalanan kami dari Penajam cukup lancar sehingga tiba di TKP masih pagi. Peserta sosialisasi diundang pukul 09.00 Wita. Kami tiba sebelum pukul setengah sembilan. Hal itu membuat saya berkesempatan untuk berkeliling ke sudut-sudut ruang dan bangunan yang menarik.
Panitia dari Dinas Perpustakaan dan Arsip PPU begitu sigap menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut para tamu dan undangan. Ada yang bersiap di depan pintu untuk registrasi. Ada yang sibuk menyiapkan sound system. Aula yang begitu luas membuat kami dapat leluasa berjalan lewat sisi-sisi yang kosong.
Saya pun berkesempatan keluar aula untuk turun ke jalan dan berswafoto dengan latar papan nama kantor camat Sepaku. Dengan foto itu, saya dapat menunjukkan bukti kepada teman-teman pengawas dan penilik sekolah yang bertempat tinggal di Sepaku.
Bu Syamsiah, penilik yang tinggal di Sepaku saya kirimi foto tersebut. Demikian pula Pak Sawur, pengawas sekolah jenjang SD, saya kirimi pula. Tidak ketinggalan, kepsek SMP 2 PPU, Pak Supardi, juga saya kirimi foto tersebut.
Saya pun berkesempatan berswafoto dengan latar bagian depan aula kantor camat Sepaku tersebut. Sebagai kenang-kenangan memang perlu banyak berfoto di tempat-tempat yang strategis.
Setelah berswafoto d beberapa lokasi di luar aula, saya pun kembali duduk pada kursi yang disediakan di sisi kiri panggung atau tempat spanduk ditempelkan.
Saat kami sedang duduk-duduk menunggu acara dimulai, terlihat beberapa peserta sosialisasi mulai berdatangan. Kehadiran mereka yang hampir bersamaan membuat antrean di depan pintu masuk aula.
Undangan yang disebar sekitar delapan puluh. Itu berarti cukup banyak peserta yang diundang dalam acara sosialisasi tersebut. Acara dilaksanakan pada hari Senin, berarti para THL (Tenaga Harian Lepas) atau honorer mengenakan seragam kemeja putih. Sementara itu, para PNS mengenakan seragam waskat warna krem.
Para peserta yang datang lebih awal banyak yang memilih tempat duduk di bagian belakang. Itu sudah membudaya di Indonesia. Sangat jarang tamu yang datang lebih awal memilih tempat duduk pada deretan kursi paling depan.
Kursi yang tertata pada bagian tengah tidak memenuhi ruang. Itu berarti ada celah pada sisi kiri, kanan, depan, dan belakang deretan kursi. Hal itu membuat peserta leluasa akan duduk lewat lorong atau sisi yang disukai.
Posisi tempat duduk saya dan Bu Fitrawati agak jauh dari posisi pembawa acara, Bu Umi. Apalagi meja di depan kami cukup lebar. Semakin terasa jauh jaraknya. Hal itu membuat kesulitan bagi saya untuk memotret atau mengambil gambar dalam posisi duduk. Mode zoom pun digunakan agar dapat membidik lebih baik.
Rangkaian Acara Seremoni
Acara sosialisasi pun dimulai dengan rangkaian baku sebuah seremoni pertemuan. Pembawa acara, Bu Umi membuka rangkaian acara dengan cukup ramah. Posisi berdiri Bu Umi berseberangan dengan posisi kami duduk. Bu Umi di sisi kanan panggung (spanduk) sedangkan saya dan Bu Fitrawati berada pada sisi kiri panggung (spanduk).
Dengan suara yang khas, Bu Umi menyapa para peserta dan tamu undangan. Pada meja depan panggung (spanduk) hanya ada dua orang yang mengisi, yaitu wakil camat, kepala bagian umum dan Bu Esa Mulianti yang mewakili kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip PPU.
Selanjutnya, Bu Umi meminta para hadirin untuk berdiri. Staf yang bertugas memimpin proses menyanyikan lagu Indonesia Raya hadir dan berdiri di dekat Bu Umi. Para peserta sosialisasi pun bersemangat ikut menyanyi.
Setelah itu, Mars Perpustakaan pun diperdengarkan. Para hadirin masih tetap dalam posisi berdiri karena belum dipersilakan untuk duduk. Tayangan video di layar cukup bagus. Para peserta ikut bersemangat mengikuti irama musik yang diperdengarkan.
Rangkaian acara selanjutnya adalah pembacaan doa. Pada saat acara sosialisasi di Kecamatan Babulu, Pak Imran yang memimpin doa. Berhubung hari Senin itu (9/10/23) Pak Imran ada tugas di kantor, tugas membaca doa digantikan oleh staf lain.
Setelah berdoa bersama, acara selanjutnya adalah sambutan-sambutan. Untuk sambutan pertama, pegawai yang mewakili camat menyampaikan kata sambutan. Hanya beberapa menit sambutan itu disampaikan.
Sambutan kedua disampaikan oleh Bu Esa Mulianti. Latar belakang kegiatan sosialisasi, tujuan sosialisasi dan peserta sosialisasi disampaikan oleh Bu Esa Mulianti.
Pada akhir sambutannya, Bu Esa Mulianti membuka secara resmi kegiatan sosialisasi tersebut.
Â
Rangkaian acara selanjutnnya setelah istirahat beberapa menit adalah acara inti sosialisasi. Pak Agus Irawan bertindak selaku moderator.
Kursi pada bagian depan spanduk pun ditinggalkan oleh Bu Esa Mulianti dan kabag umum kantor camat Sepaku. Selanjutnya, Pak Agus Irawan duduk di kursi yang ditinggalkan tersebut. Bu Fitrawati dan saya segera ikut bergabung.
Bu Fitrawati tampil pertama dalam acara sosialisasi tersebut. Dengan gaya khasnya Bu Fitrawati cukup percaya diri berdiri di hadapan para peserta dan tamu undangan.
Saya dapat mengambil gambar Bu Fitrawati dalam jarak cukup dekat. Posisi samping yang dapat saya ambil. Para peserta sosialisasi tampak begitu santai dalam mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh pengawas sekolah disdikpora PPU jenjang SMP tersebut.
Dalam pemaparan materi sosialisasi, Bu Fitrawati menerapkan komunikasi dua arah. Ada dialog atau tanya jawab untuk menghidupkan suasana. Peserta sosialisasi perlu dilibatkan agar merasa kehadirannya dibutuhkan bukan hanya sebagai objek kegiatan.
Suprihadi Tampil Kedua
Kurang lebih satu jam Bu Fitrawati menyampaikan paparan materi sosialisasi. Selanjurnya, saya, Suprihadi diberi kesempatan untuk tampil pada sesi kedua. Tidak banyak hal yang saya sampaikan. Lebih banyak tayangan video dan permainan sederhana (kuis) yang saya tampilkan.
Dengan demikian, banyak peserta yang harus proaktif menggunakan ponsel untuk mengetik identitas dan menjawab pertanyaan. Pemanfaatan teknologi memang perlu dilakukan agar para peserta tidak asyik dengan ponsel di tangan untuk keperluan lain.
Beberapa peserta yang berhasil menjawab pertanyaan berkesempatan untuk mendapatkan hadiah berupa buku. Ada pelajar jenjang SMA yang berkesempatan mendapatkan hadiah buku.
Bu Fitrawati saya mintai tolong untuk memotret kami yang sedang berpose dengan latar peserta sosialisasi. Wajah sumringah tampak pada peserta yang dijepret sambil memegang buku.
Bukan hanya peserta laki-laki, peserta wanita pun berkesempatan mendapatkan hadiah buku. Sesuai tema sosialisasi yaitu Sosialisasi Budaya Baca dan Literasi, buku menjadi titik tumpu. Artinya, budaya membaca perlu adanya buku.
Dengan mempunyai buku (baru), orang umumnya akan bersemangat untuk membaca. Entah dibaca pada bagian judul dan halaman pertama saja, itu tidak masalah. Hal yang penting, ada motivasi untuk membaca secara mandiri.
Bagaimana pun juga, buku baru akan menjadi daya tarik khusus untuk dibaca. Apalagi, buku itu adalah buku hadiah, semangat untuk membaca pun akan timbul.
Para penerima hadiah buku mungkin akan berkomentar setelah membuka plastik pembungkus buku. Ia mungkin akan berkomentar, "Kok tulisan hanya seperti ini bisa diterbitkan dan ber-ISBN, ya?"Â
Nah, kalau ada yang berkomentar seperti itu, berarti ia punya bakat untuk menjadi seorang penulis yang baik. Ia sudah dapat memberikan penilaian terhadap sebuah karya. Â Pesan saya, "Teruslah membaca berbagai macam buku dan mulailah untuk segera menulis buku yang lebih baik!"
Satu jam berkomunikasi dengan peserta sosialisasi sangat tidak terasa. Waktu sosialisasi pun harus diakhiri. Saya dan Bu Fitrawati bersama panitia segera menikmati nasi kotak di tempat acara setelah para peserta sosialisasi meninggalkan aula tersebut.
Perjalanan pulang perlu waktu agak lama. Sementara itu, panitia lain sibuk membereskan perlengkapan untuk dibawa pulang, termasuk melepas spanduk yang tertempel pada dinding di belakang tempat duduk kami.
Baca juga: satu-hari-mampir-warung-dua-kali
Dua mobil sudah menunggu di tempat parkir kantor camat Sepaku tersebut. Ajakan Pak Supardi, kepsek SMP 2 PPU dan Pak Nanang Faisol, kepsek SMP 27 PPU untuk singgah di sekolahnya tidak dapat kami penuhi mengingat, kami hanya menumpang mobil dinas Kantor Dinas Perpustakaan dan Arsip PPU.
Kami bergerak tidak lamban tetapi penuh hati-hati mengingat perjalanan yang akan ditempuh perlu waktu tidak sebentar. Barang-barang bawaan kami cek sebelum meninggalkan aula yang akan menjadi kenangan pada masa akan datang.
Baca juga: road-show-hari-ketiga-di-kecamatan-waru-ppu-kaltim
Semoga para peserta sosialisasi semakin gemar membaca dan mulai menulis untuk menjadi dokumen yang dapat ditinggalkan untuk generasi akan datang.
Penajam Paser Utara, 14 Oktober 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H