Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Strategi Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

28 September 2023   22:05 Diperbarui: 28 September 2023   22:09 754
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Strategi Meningkatkan Minat Baca Masyarakat

Dinas Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), Kalimantan Timur pada hari Rabu (27/9/23) mengadakan acara spektakuler di gedung pertemuan Kecamatan Babulu. Undangan sudah beredar. Jumlah orang yang diundang sebanyak 55 (lima puluh lima). Bunda literasi kecamatan (istri camat), bunda literasi setiap desa (istri kepala desa), ketua KKG (Kelompok Kerja Guru) dari lima gugus, pengelola perpustakaan empat SMP Negeri dan seorang siswa tiap sekolah, pengelola perpustakaan 14 SD dan MI merupakan orang-orang yang diundang dalam acara spektakuler bertajuk Sosialisasi Budaya Baca dan Literasi.

Acara tersebut berlevel kecamatan sehingga peserta yang diundang adalah masyarakat (termasuk pejabat) yang berdomisili di wilayah Kecanatan Babulu, PPU, Kalimantan Timur.

Dokpri
Dokpri
Sebagai salah satu pembicara dalam acara tersebut, saya merasa dimanjakan oleh panitia. Betapa tidak, saya dijemput di kantor disdikpora, tempat saya bertugas tepat pukul 07.00 Wita. Mobil dinas Perpustakaan dan Arsip yang dikemudikan oleh Pak Agus Irawan berhenti tepat di depan pintu masuk utama kantor disdikpora.

Dokpri
Dokpri
Saya diberi tempat duduk di samping sang driver. Pejabat dan staf duduk di bangku tengah. Saya hanya mengenal nama Bu Esa sebagai salah satu pejabat Dinas Perpustakaan dan Arsip PPU. Untuk yang lain saya kurang begitu ingat nama dan posisi dalam kantor dinas tersebut. Kalaupun saya pernah mendengar, daya ingat saya sangat terbatas. Untuk itu, saya minta maaf jika tidak menyebutkan nama dalam tulisan sederhana ini.

Perjalanan yang kami tempuh sekitar satu jam. Keramaian jalan sangat terasa karena jam-jam anak-anak berangkat sekolah dan para pegawai berangkat ke kantor.

Dokpri
Dokpri
Pak Agus segera mendampingi Bu Umi yang sudah lebih dahulu tiba di gedung pertemuan Kecamatan Babulu tersebut. Untuk persiapan pembukaan acara perlu pengaturan tampilan pada layar.

Dokpri
Dokpri
Sambil menunggu para tamu undangan datang, saya menyempatkan waktu berswafoto di depan spanduk kegiatan. Saya juga sudah bertemu dengan sekretaris camat, Pak Sajiran. Sekretaris camat (sekcam) Babulu itu adalah suami dari pengawas sekolah jenjang SD, Bu Samnor Janah. 

"Sedang ada acara menjadi juri lomba di Kecamatan Waru!"

Demikian jawaban Pak Sajiran saat saya tanyakan keberadaan sang nyonya.

Foto kiriman Bu Esa
Foto kiriman Bu Esa
Sebelum ruang semakin ramai, kami berfoto bersama. Para pejabat dan staf Dinas Perpustakaan dan Arsip PPU yang hadir berfoto di depan spanduk yang cukup cantik pemilihan warna dan model hurufnya.

Dokpri
Dokpri
Setelah berfoto bersama, tidak lama kemudian Pak Sutrisno, kepala SD 001 Babulu tiba di tempat acara. Pak Sutrisno adalah pembicara kedua dalam kegiatan Sosialisasi Budaya Baca dan Literasi tersebut.  

Saya berswafoto dengan mengambil latar Bu Esa dan Pak Sutrisno saat berbincang. Sayang sekali, wajah Pak Sutrisno tidak tampak karena berada tepat di belakang saya. Hanya sedikit kemeja batik yang tampak.

Dokpri
Dokpri

Beberapa saat kemudian Pak Camat memasuki ruang pertemuan. Bu Esa, Pak Durajat, dan bunda literasi kecamatan duduk mendampingi Pak Camat.

Dokpri
Dokpri
Seremoni acara pembukaan pun dimulai. Bu Umi selaku pembawa acara memulai tugasnya dengan membacakan pantun yang cakep. Para tamu undangan menyambut pembacaan pantun dengan wajah ceria.

Dokpri
Dokpri

Setelah menyanyikan lagu Indonesia Raya dan mendengarkan lagu Mars Perpustakaan dilanjutkan dengan pembacaan doa.


Suasana semakin semarak dan penuh khidmat. Peserta yang diundang terbatas dan mewakili instansi atau lembaga/organisasi cukup membuat suasana serius.

Sambutan Camat Babulu (dokpri)
Sambutan Camat Babulu (dokpri)

Acara sambutan ada tiga. Pertama sambutan dari Pak Camat Babulu yang duduk didampingi istri tercinta, Bunda Literasi Kecamatan. Uraian atau ulasan yang disampaikan cukup berisi sehingga para tamu undangan dapat menyimak dengan baik.

Sambutan Pak Durajat (dokpri)
Sambutan Pak Durajat (dokpri)
Sambutan kedua disampaikan oleh Pak Durajat, mewakili kadisdikpora yang sedang menghadiri agenda lain. Uraian atau kata sambutan yang disampaikan Pak Durajat cukup padat dan berisi pula sehingga para tamu dapat menyimak dengan baik juga.

Sambutan Bu Esa (dokpri)
Sambutan Bu Esa (dokpri)

Sambutan ketiga disampaikan oleh Bu Esa, mewakili kepala Dinas Perpustakaan dan Arsip yang kebetulan ada acara mendadak terkait anggaran kantor. Padahal, sehari sebelumnya, Pak Marjani sudah merencanakan untuk menghadiri acara di ruang pertemuan Kecamatan Babulu tersebut.

Berswafoto dengan Pak Camat Babulu dan Bunda Literasi Kecamatan (dokpri)
Berswafoto dengan Pak Camat Babulu dan Bunda Literasi Kecamatan (dokpri)
Setelah Bu Esa membuka acara sosialisasi, kami diundang untuk berfoto bersama. Saya diminta duduk di samping bunda literasi kecamatan. Sebelum acara berfoto bersama dimulai, saya memanfaatkan waktu dengan berswafoto dengan bunda literasi kecamatan dan Pak Camat Babulu.

Berswafoto bersama Pak Sutrisno (dokpri)
Berswafoto bersama Pak Sutrisno (dokpri)
Setelah beberapa menit coffe break, acara sosialisasi pun dimulai. Pak Agus bertindak selaku moderator. Saya, Suprihadi diminta tampil untuk yang pertama. Topik yang saya bawakan berjudul Membaca sebagai Modal untuk Menulis Buku.

Sebagai pembicara, saya tidak suka banyak menampilkan teori atau hukum-hukum yang tekstual. saya lebih suka berdialog dengan peserta atau undangan.

Pertanyaan pertama yang saya lontarkan kepada peserta cukup sederhana.

"Kita di sini mau ngapain, sih?"

Mokrofon pun segera saya berikan kepada seorang siswi peserta dari sebuah SMP Negeri di wilayah Kecamatan Babulu. Pertanyaan sederhana itu pun dijawab dengan lancar.

Untuk selanjutnya, saya banyak bercerita tentang proses berliterasi yang sudah saya jalani. Beberapa buku antologi cerpen yang sudah diterbitkan ber-ISBN pun saya tampilkan sebagai motivasi bahwa menerbitkan  buku ber-ISBN itu tidaklah sulit.

Dokpri
Dokpri
Sekitar satu jam saya berkomunikasi dengan para peserta yang tampak cukup antusias. Berikutnya, Pak Sutrisno tampil dengan gaya khasnya.

Baca juga: sosialisasi-budaya-baca-literasi  

Saya duduk di dekat spanduk saat Pak Sutrisno "manggung" sehingga saya leluasa mengabadikan atau merekam peristiwa yang menarik. Gaya interaksi dengan audiens dilakukan Pak Sutrisno dengan lebih aktif.


Pada salah satu sesi, Pak Sutrisno meminta seorang peserta untuk membacakan puisi karyanya. Dengan cukup percaya diri, siswi SMP 3 PPU tersebut membaca dengan apik.

Waktu satu jam tiada terasa sudah berlalu. Pak Sutrisno pun mengakhiri penampilannya berinteraksi dengan para peserta sosialisasi. Kemudian acara dialog atau tanya jawab dilakukan. Para peserta cukup aktif sehingga kami berdua ikut bersemangat dalam memberikan motivasi kepada para peserta untuk rajin membaca buku agar dapat menulis buku juga.

Moderator, Pak Agus, kemudian meminta tiga orang untuk memberikan kesan dan pesan. Untuk yang pertama, kesempatan diberikan kepada bunda literasi kecamatan.

Dokpri
Dokpri

Giliran kedua diberikan kepada salah satu ketua KKG untuk menyampaikan kesan dan pesan kegiatan sosialisasi yang cukup "hidup" dan membuat suasana cukup bergairah.

Dokpri
Dokpri

Kemudian, kesempatan ketiga untuk menyampaikan pesan dan kesan diberikan kepada siswi SMP 3 PPU yang memang cukup aktif selama kegiatan berlangsung.

Dokpri
Dokpri
Dengan gaya khas anak SMP, siswi tersebut berbicara sangat lugas dan mudah dipahami oleh siapa pun yang mendengar ucapan yang disampaikannya. Sebagian pesan dan kesan yang disampaikan siswi tersebut saya rekam dalam format video.

 

Video itu pun saya kirimkan kepada Bu Lusi Intani, guru SMP 3 PPU. Enam menit setelah video itu diterima Bu Lusi Intani, ada komentar yang diberikan.

"Keren, Khusnul. Terima kasih, Pak!"

Siswi tersebut bernama Khusnul. Beberapa kali sebelumnya memang sudah disebut-sebut tetapi saya kurang dapat menyimpan dalam memori nama itu.

Dokpri
Dokpri
Acara selesai. Hidangan nasi kotak pun disajikan di atas meja. Saya tidak sabar untuk menikmati hidangan nikmat tersebut. Sementara itu, panitia sibuk membereskan tempat acara. Ada yang melepas spanduk, menyapu lantai, dan menumpuk kursi. Dengan santai saya menikmati hidangan.

Sementara itu, Pak Sutrisno sudah berpamitan kembali ke tempat kerjanya di SD 001 Babulu.

Untuk beberapa saat kami beristirahat sejenak sambil menunaikan kewajiban. Barulah kemudian perjalanan pulang kembali ke Penajam.

Bu Esa sudah lebih dahulu meninggalkan tempat acara karena diminta Pak Marjani untuk membantu menyelesaikan urusan kantor.

Kami singgah di dua tempat. Pertama, singgah di kantor camat Waru. Hanya sebentar. Kemudian, mobil yang masih dikemudikan Pak Agus singgah di dekat pasar Petung. Kami masuk warung bakso.

Dokpri
Dokpri
Pada saat di Babulu, Pak Agus dan teman-temannya tidak makan nasi kotak. Mungkin belum lapar. Waduh, bagaimana dengan saya? Baru saja makan nasi kotak.

Agar tidak bengong di dalam warung bakso, saya memesan bakso ukuran setengah atau separuh porsi. Kalau hanya separuh mangkok, saya masih sanggup menghabiskan. Saya juga minta mi putih saja. Tanpa mi kuning.

Menunggu pesanan bakso (dokpri)
Menunggu pesanan bakso (dokpri)
Menunggu juga (dokpri)
Menunggu juga (dokpri)
Saya sempatkan waktu untuk berswafoto sambil menunggu pesanan bakso dan minuman diracik. Saya merasa sudah begitu menyatu dengan mereka.

Bakso setengah porsi (dokpri)
Bakso setengah porsi (dokpri)
Bakso pesanan saya pun diantarkan bersama pesanan Pak Agus dan kawan-kawannya. Porsi yang saya lihat memang lebih sedikit dibandingkan porsi dalam mangkok Pak Agus dan yang lain.

Berswafoto (dokpri)
Berswafoto (dokpri)
Setelah saya menghabiskan bakso dalam mangkok, segera saya berinisiatif untuk berswafoto dengan latar para ibu yang berjumlah (tinggal) empat orang.

Setelah saya lihat hasil jepretan, ternyata semua "action" kekinian. Saya pun menginginkan posisi pada saat sedang makan. Keinginan saya pun disetujui. Mereka  mengambil posisi sedang menikmati hidangan (pura-pura tidak melihat kalau sedang difoto).

dokpri
dokpri

Saya merasa puas dengan hasil jepretan kedua itu meskipun wajah saya tampak kurang menarik saking serius memotret.

Terima kasih Bu Esa, Pak Agus, mbak Umi, dan teman-teman semua yang sudah mengajak saya, Suprihadi untuk ikut ambil bagian dalam acara Sosialisasi Budaya Baca dan Literasi. Semoga para peserta sosialisasi dapat termotivasi untuk menulis buku dan rajin membaca buku.

Penajam Paser Utara, 28 September 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun