Dengan cara memberikan "tagihan" semacam itu, secara perlahan, kedisiplinan siswa membaik. Pada hari-hari selanjutnya, ruang khusus sudah mulai sepi. Itu artinya, siswa yang tidak hadir ke sekolah semakin berkurang bahkan tidak ada. Siapa sih yang mau dimasukkan ruang khusus? Mungkin begitu pemikiran peserta didik.
Program yang dijalankan SMP 2 PPU itu ternyata berdampak positif. Hal itu tentu harus didukung dengan kedisiplinan guru. Bagaimana siswa mau disiplin jika para guru belum disiplin.
Program yang merupakan gerakan positif itu merupakan salah satu program yang berhasil. Banyka program lain untuk peningkatan kompetensi guru dan peserta didik.
Dalam menjalankan Kurikulum Merdeka, ada banyak dukungan dari berbagai pihak. Kepala sekolah harus proaktif dan memberikan contoh dalam penerapan kurikulum yang akan mulai diresmikan tahun 2024.
Baca juga: kurikulum-merdeka-resmi-berlaku-2024-kemendikbudristek-beri-waktu-untuk-masa-transisi Â
Sekolah non-penggerak yang mau "bergerak-gerak" secara mandiri pasti akan membuahkan hasil yang tidak disangka-sangka. Apalagi gerakan yang dilakukan dikaitkan dengan kemerdekaan siswa dalam menentukan minat dan bakat. Tentu akan membangkitkan semangat siswa dalam berkompetisi baik pada level kabupaten maupun provinsi dan nasional.
SMP 2 PPU sudah membuktikan bahwa prestasi ekstrakurikuler dapat dimaksimalkan dengan kerja keras, semangat dan dukungan berbagai pihak. Piala kejuaraan yang berjejer pada lemari sebagai bukti keberhasilan dalam upaya "bergerak-gerak" meskipun tidak termasuk Sekolah Penggerak.
Untuk mengetahui lebih jauh kondisi dan prestasi SMP 2 PPU, silakan berselancar pada web SMP 2 PPU : https://web.smpn2ppu.sch.id/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H