Mohon tunggu...
Suprihadi SPd
Suprihadi SPd Mohon Tunggu... Penulis - Selalu ingin belajar banyak hal untuk dapat dijadikan tulisan yang bermanfaat.

Pendidikan SD hingga SMA di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Kuliah D3 IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang UNY) dilanjutkan ke Universitas Terbuka (S1). Bekerja sebagai guru SMA (1987-2004), Kepsek (2004-2017), Pengawas Sekolah jenjang SMP (2017- 2024), dan pensiun PNS sejak 1 Februari 2024.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Mudik dari Kalimantan, Tiba di Yogya Wajib Naik Kereta Api

4 September 2023   21:03 Diperbarui: 4 September 2023   21:07 441
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Stasiun Klaten (dokpri)

Mudik dari Kalimantan, Tiba di Yogya Wajib Naik Kereta Api

Saya tinggal di Kalimantan sejak tahun 1987. Selama berada di Kalimantan saya belum pernah naik kereta api karena memang di Pulau Kalimantan belum ada sarana transportasi penumpang bernama kereta api. Wacana untuk pengadaan rel kereta api pernah mengemuka. Namun hingga awal September 2023 belum ada kabar beritanya lagi.

Hampir setiap tahun saya mudik ke Klaten. Hal itu saya lakukan karena ibu kandung masih ada. Dengan demikian, sebagai anak yang harus berbakti kepada orang tua, saya berusaha menyempatkan waktu untuk mudik ke Klaten. 

Pada lebaran tahun 2022 Covid-19 belum mereda. Namun, semangat untuk berbakti kepada orang tua tidak dapat dibendung. Persyaratan untuk dapat melakukan perjalanan pun dapat saya penuhi. Tidak ada alasan untuk tidak mudik. Kondisi badan saya juga sehat. Tidak ada keluhan seperti gejala orang yang terkena Covid-19. Vaksin minimal juga sudah saya lakukan.

Pada tanggal dua Mei 2022 saya berangkat dari Kalimantan. Istri dan anak-anak tidak ada yang ikut. Istri sudah mengizinkan saya berangkat seorang diri. Kebetulan kedua mertua sudah tiada. Perjalanan dimulai pada pagi hari. Penerbangan pesawat dari bandara SAMS (Sultan Aji Muhammad Sulaiman) Sepinggan, Balikpapan berjalan lancar. Para penumpang saling menjaga diri sehingga tidak ada kontak fisik secara langsung dengan penumpang lain.

Tiba di bandara Kulon Progo saya sangat senang karena baru pertama kali  menginjakkan kaki di bandara baru tersebut. Suasana baru membuat saya terkagum-kagum. Bandara Kulon Progo sangat berbeda jauh dengan bandara Adisucipto atau lebih terkenal dengan nama bandara Maguwo Yogyakarta yang sempit. Bandara Kulon Progo begitu luas dan bangunannya artistik.

Cari Informasi Transportasi ke Klaten

Sebelum saya meninggalkan Pulau Kalimantan, saya sudah mencari informasi terkait transportasi dari bandara Kulon Progo (YIA) ke Klaten, Jawa Tengah. Jarak yang lebih jauh dibandingkan dengan bandara Maguwo ke Klaten membuat saya harus banyak referensi. Saya merasa beruntung karena akses informasi begitu mudah diperoleh di dunia maya (internet).

Kendaraan dari bandara Kulon Progo ke Klaten saya banding-bandingkan antara bus dan kereta api. Waktu tempuh yang terutama saya perhatikan. Ternyata waktu tempuh kendaraan bus ke Klaten cukup lama dan harga tiket mahal. Kemudian saya mencari informasi kendaraan kereta api.

Saya benar-benar kaget saat mengetahui waktu tempuh kereta api cukup cepat dibandingkan bus. Selain waktu yang singkat, ternyata ongkos atau biaya naik kereta api jauh lebih murah.

Tahap selanjutnya, saya mencari tahu jadwal keberangkatan kereta api dari bandara Kulon Progo ke stasiun Tugu dan kereta api dari stasiun Tugu Yogyakarta ke Solo yang selalu melewati Klaten.

Kereta api dari stasiun Tugu ke Solo tidak lagi menggunakan PRAMEKS (Prambanan Ekspres). Commuter Line atau KAI commuter yang dioperasikan. Untuk naik kereta api jenis baru itu penumpang harus menggunakan kartu KAI seperti ATM. Tempat penjualan Kartu KAI juga disebutkan dalam informasi yang saya peroleh.

Stasiun Tugu Serasa di Luar Negeri

Kartu KAI (dokpri)
Kartu KAI (dokpri)
Saat tiba di stasiun Tugu dari bandara Kulon Progo, saya merasa terheran-heran lagi. Begitu banyak orang dan begitu banyak jalur rel kereta api. Saya merasakan seperti berada di luar negeri. Orang-orang  berjalan begitu tergesa-gesa seperti yang saya saksikan dalam film-film barat.

Sebagai orang "asing" saya rajin bertanya. Berhubung saya belum memiliki kartu KAI, saya bertanya tempat penjualan kartu sakti tersebut. Petugas yang saya tanya menjawab dengan ramah. Saya pun ikut berjalan cepat-cepat seperti penumpang lain. Antrean tidak banyak pada tempat penjualan kartu KAI. Sebagian penumpang saya lihat ada yang mengisi atau menambah "pulsa" pada lokasi yang disediakan. Petugas di loket juga cukup ramah melayani para calon penumpang.

Setelah kartu KAI saya dapatkan, segera saya masuk melalui pintu yang mengharuskan calon penumpang menempelkan kartu pada tempat yang disediakan. Ada petugas yang memandu bagi calon penumpang yang baru pertama kali naik kereta api tersebut.

Gerbong Cukup Nyaman

Saat masuk ke dalam gerbong kereta api saya merasa senang. Tempat duduk cukup nyaman. Kami bebas memilih tempat duduk yang disukai. Saya pun mencari tempat duduk yang dekat dengan layar informasi. Saya termasuk orang yang senang memotret dan mengabadikan hal-hal yang penting dan menarik perhatian.

Saya merasa cemburu saat melihat rombongan satu keluarga yang masuk ke gerbong dengan gembira. Saya perlu cemburu karena saya hanya seorang diri dalam perjalanan. Meskipun demikian, suasana dalam gerbong yang nyaman membuat saya merasa aman. Tidak ada penumpang yang perlu dicurigai akan berbuat kejahatan.

Pada layar di bagian atas, saya dapat melihat tulisan berjalan (running text)  yang menunjukkan stasiun yang akan dilewati setelah stasiun Tugu. Hal itu sangat membantu penumpang yang akan turun pada stasiun tertentu.

Setelah stasiun Tugu, kereta api akan berhenti  di stasiun Lempuyangan yang hanya berjarak sekitar dua kilo meter. Kemudian dari stasiun Lempuyangan, kereta api akan berhenti di stasiun Maguwo. Stasiun ini berada di dekat bandara Adisucipto Yogyakarta. Dari stasiun Maguwo, kereta api akan berhenti lagi di stasiun Brambanan. Setelah itu, kereta api akan berhenti di stasiun Srowot. Selanjutnya, kereta api baru akan berhenti di stasiun Klaten, tempat saya harus turun.

Stasiun Klaten (dokpri)
Stasiun Klaten (dokpri)
Dengan mengetahui rute perjalanan kereta api tersebut, saya perlu waspada saat kereta api berhenti. Mengingat jarak yang tidak terlalu jauh menuju Klaten, saya harus berjaga-jaga setiap kereta api akan berhenti di sebuah stasiun. Melakukan perjalanan seorang diri memang perlu konsentrasi penuh.

Turun di stasiun Klaten, saya harus mencari pintu keluar. Rupanya, untuk keluar dari stasiun, kartu KAI harus ditempelkan lagi afar "pintu" penghalang dapat terbuka. Untung kartu KAI masih saya pegang. Jika jatuh atau hilang, tentu saya harus membeli kartu baru lagi agar dapat "membuka" pintu keluar tersebut.

Pengalaman yang menyenangkan naik commuter line itu pun saya ceritakan kepada keluarga di Klaten. Mereka belum ada yang pernah naik kereta api yang nyaman, cepat, dan murah tersebut. 

#commuter line

#KAI

# kereta api murah, cepat, aman, nyaman

Penajam Paser Utara, 4 September 2023

   

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun