Makan Tongseng Daging di Hotel
Malam hari kedua di Kota Balikpapan (23/6/23) saya merasakan suasana berbeda. Pada saat mau makan, kami datang paling awal. Ruang tempat makan sama dengan ruang tempat bimtek. Dari kamar tempat kami menginap, kami perlu berjalan kaki menuju gedung berbeda.
Untung ada papan penunjuk tempat kegiatan, yaitu di Ballroom, lantai tiga. Dengan papan penunjuk itu, kami akan mudah menemukan tempat yang dimaksud. Pada malam hari Jumat (23/6/23) kami datang lebih awal. Pak Sarmidi sudah lebih dulu berada di di depan pintu masuk ruang bimtek.
Waktu makan memang sudah tiba. Kami segera masuk ke dalam ruang yang cukup luas. Belum ada pengawas lain yang masuk ke ruang tersebut. Saya pun beraksi dengan memotret sajian makanan satu per satu.
Karbohidrat berupa nasi putih berada paling kanan dekat tumpukan piring. Orang Indonesia cenderung mengambil nasi putih sesuai kebiasaan makan.
Karbohidrat bihun goreng sebagai alternatif untuk yang tidak suka nasi putih. Namun, sudah menjadi tradisi, nasi putih diambil, bihun goreng juga tidak dilewatkan. Termasuk saya. Akan tetapi, pada malam itu saya tidak mengambil bihun goreng.
Lauk umum dalam sebuah kegiatan, termasuk hajatan, bimtek, dan sejenisnya adalah ayam. Sebagai sumber protein, ayam biasa digoreng, direbus, atau dibakar.
Protein tongseng daging disajikan pula pada malam hari itu. Saya sangat gembira karena lauk seperti itu termasuk lauk kesukaan saya. Campuran dalam masakan berupa kol atau kubis adalah sayur yang selalu saya cari.
Menu sayur tidak ketinggalan. Warna-warni sayur cukup menggoda. Namun, pada malam itu saya tidak berselera. Fokus saya hanya lauk tongseng.
Saya pun hanya mengambil secukupnya meskipun sangat suka masakan tongseng daging. Setelah saya jepret, menu itu saya bagikan ke WAG Pengawas Sekolah.
Beberapa kawan pengawas dan penilik sekolah semakin banyak yang masuk ke ruang bimtek untuk menikmati hidangan pada malam itu.
Sebagai pelengkap makan, kerupuk selalu tersedia sejak hari pertama kami makan  di Swiss-Belhotel, Kota Balikpapan. Di dekat stoples kerupuk disediakan sambal dua macam beserta acar yang cukup menggoda.
Untuk dokumentasi, saya pun berswafoto sebelum menikmati tongseng daging yang sangat menggoda aromanya. Lauk lain tidak saya ambil. Saya fokus akan menikmati tongseng yang jarang saya temukan pada warung-warung makan di Penajam.
Pada deret meja di depan kami tampak Pak Sawur dan Pak Sutopo sedang menikmati hidangan sebelum kawan-kawan lain berdatangan.
Dalam piring makan, saya hanya mengambil nasi putih, lauk tongseng daging, dan kerupuk. Makanan lain  yang biasa saya ambil, malam itu tidak saya ambil. Saya ingin benar-benar menikmati tongseng daging.
Menu buah-buahan yang sudah dipotong-potong selalu disediakan. Ada tiga macam buah Indonesia yang disiapkan, yaitu pepaya, nanas, dan water melon alias semangka. Ada pula semacam es buah yang disajikan di dekat meja buah-buahan.
Alhamdulillah, saya merasakan makan malam yang cukup mengesankan. Lauk tongseng daging membawa kenangan hadir. Saat masih berada di Jawa, orang tua saya sering mengajak kami makan tongseng pada saat-saat tertentu. Aroma, rasa, dan keasyikan saat makan tongseng membawa kenangan tidak terlupakan.
Ditulis sebelum sarapan di Kota Minyak, Balikpapan, 25 Juni 2023Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H