Sembilan belas menit setelah foto itu beredar baru ada tanggapan. Ada beberapa emoji dan komentar. Umumnya komentar pendek. Ada satu komentar yang cukup menggelitik dituliskan oleh Pak Machmud, pengawas jenjang SD.
"Pak Pri lagi berguru sama suhu."
Saya pun tertawa membaca aneka emoji dan komentar dari kawan-kawan pengawas dan penilik sekolah. Komunikasi lewat WAG memang menyegarkan, menjalin keakraban dan menimbulkan rindu jika lama tidak ada yang mengirimkan postingan tertentu.
Sambil mengobrol Pak Syafii tidak mau lepas dari gawai di tangan. Kebetulan ia duduk sendirian dalam satu kursi yang agak lebar, tepat di depan atau seberang tempat saya duduk. Sementara itu, saya duduk di samping sang tuan rumah.
Obrolan kami merembet ke mana-mana. Laksanan kawan yang lama tidak bersua, segala yang ingin diobrolkan dikeluarkan semua. Hingga istri Pak Imam Muhadi pulang kerja, kami masih asyik bercerita banyak hal dan banyak tema.
Apa saja yang kami obrolkan? Salah satunya soal proses pembuatan rumah baru Pak Imam Muhadi tersebut. Berapa truk tanah uruk diperlukan, berapa lama pengerjaan rumah yang cukup megah dan banyak detil yang nyaman, dan banyak hal lain yang menjadi topik pembahasan yang cukup seru.
Terkadang kami tertawa bersama karena ada suatu hal yang membuat kami memang harus tertawa.
Saya tidak sempat memotret bagian demi bagian rumah yang cukup menarik dan penuh barang dari bafgan depan hingga belakang rumah. Kami memang sempat melihat-lihat isi rumah secara sekilas. Bagian dapur ada dua bagian. Ada dapur indoor dan dapur outdoor.
Penampungan air hujan dikelola dengan rapi. Untuk keperluan sehari-hari, air hujan dimanfaatkan dengan maksimal. Untuk itu, ada penampungan air yang cukup besar di bagian belakang rumah. Selain itu, ada kolam penampungan air di halaman rumah.
Banyak hal dapat diceritakan terkait rumah baru Pak Imam Muhadi tesebut. Saya benar-benar terpesona dengan detil rumah yang dirancang dengan matang. Tanaman buah begitu banyak. Lebih dari sepuluh tanaman buah yang sudah mulai besar.
Kapan-kapan mungkin dapat berkunjung lagi, ya Pak Imam Muhadi.