Pengunjung yang tahu kapan waktu salat zuhur atau asar pasti akan gelisah saat waktu salat tiba. Untuk itu, lokasi musala harus ditandai oleh pengunjung saat mulai masuk museum agar saat waktu salat tiba dapat segera menuju musala.
Kafe dan tempat makan
Setelah berkeliling beberapa saat, ada spot yang menyediakan minuman dan makanan ringan. Pada spot yang menggambarkan suasana di Paris, ada kafe yang nyaman. Ada dua pengawas yang lebih dahulu duduk di kafe tersebut. Beberapa pengawas lain hanya lewat, tidak mampir ke kafe.
Pesan teh hangat untuk menambah energi. Sambil beristirahat setelah kaki melangkah cukup lama, saya menikmati minuman hangat. Sebelumnya, saya menikmati sajian live music yang cukup membuat hati terasa adem.
Dua pemain musik begitu menghayati lagu yang dibawakan. Para pengunjung akan ikut terhanyut dengan alunan irama yang cukup enak di telinga. Saya pun berusaha mengabadikan dua pemain musik itu sebagai latar berswafoto.
https://youtube.com/shorts/OOQOTzaLZeM?feature=share
Â
Pengunjung yang haus atau perlu camilan untuk mengisi perut dapat singgah di kafe yang menyediakan minuman dan camilan sesuai selera Indonesia. Meskipun kafe berkonsep Paris, menu yang disajikan masih ala Indonesia.Sementara itu, WAG Pengawas cukup ramai dengan postingan atau kiriman foto teman-teman. Ada salah satu foto yang cukup menarik perhatian saya, yaitu foto Hj. Sri Kamariah sedang menikmati jajanan tradisional Jawa, yaitu cenil. Saya pun bersemangat untuk segera menghabiskan minuman teh yang saya pesan. Lokasi tempat Hj. Sri Kamariah akan segera saya datangi.
Jajanan tradisional Jawa seperti cenil merupakan jenis jajanan yang saya sukai. Rombongan atau kelompok pengawas yang sering bersama-sama dengan saya tidak lagi saya perhatikan. Fokus pada lokasi tempat jajanan tradisional. Saya berjalan tanpa menghiraukan kawan pengawas yang berjalan mendahului atau di belakang saya. Mereka juga tampak asyik menikmati spot yang berada pada ruang pameran.
Dalam waktu tidak begitu lama, area tempat berjualan jajanan yang saya inginkan sudah ditemukan. Bu Any Mariani langsung menawarkan satu bungkus cenil dan jajan lainnya. Tanpa rasa sungkan, saya pun menyambar bungkusan itu. Bersama Pak M. Hanafi, saya menyantap camilan yang khas tersebut.
Selain jajan pasar, ada minuman tradisional Jawa yang ditawarkan di kedai sebelah kedai yang menjual jajan pasar. Pak Suparjo Rustam membelikan kami minuman beras kencur. Sebelumnya kami sudah mencicipi sedikit minuman khas Jawa yang disodorkan Bu Any Mariani.