Pak M. Arsyad yang duduk di samping meja kami memesan nasi goreng. Berhubung cukup sederhana jenis masakannya, pesanan itu datang lebih cepat daripada pesanan jenis makanan lain.
Pak Anas Baenana yang belum datang pesanannya memanfaatkan waktu sambil menunggu dengan berfoto bersama gurami goreng pesanan Pak Imam Mudin.
Pada meja lain, tampak Pak Sukoco, Bu Syamsiah, Pak Jumio, Bu Tuti, dan Bu Samnoor Janah. Kemudian ada beberapa meja lain yang sudah ada hidangan yang siap santap. Mereka adalah Pak Sukma, Pak Tri, dan Pak Hanafi.
Wajah ceria mereka tampakkan saat menikmati hidangan yang mereka pesan. Kemudian pada meja yang cukup panjang ada beberapa pengawas yang sangat asyik dengan hidangan masing-masing.
Sebagian wajah mereka tidak tampak karena berlawanan dengan arah kamera. Sebagai pemotret saya tidak cukup pandai untuk mengambil sudut gambar yang baik.
Namun, pada sudut tertentu, saya dapat mengabadikan wajah seseorang dengan cukup jelas dan beberapa orang yang ikut terjepret kurang bagus gambar wajahnya.
Arti wareg
"Ap arti wareg?" tanya seorang peserta yang bukan berasal dari etnis Jawa. Kebetulan orang yang ditanya juga bukan berasal dari etnis Jawa. Jadilah dialog di antara mereka. Jadilah mereka berkenalan. Memang tidak semua peserta dalam rombongan bus saling kenal asal muasalnya.
"Yang saya tahu warek itu monyet."
Di Kalimantan binatang semacam monyet sering disebut warek (bukan wareg, ya). Binatang satu keluarga dengan jenis kera itu cukup bayak di Kalimantan dan sering mengganggu tanaman warga masyarakat.
Masyarakat etnis Jawa umumnya sudah mengerti atau mengetahui makna kata wareg. Makna kata itu sudah tertera dan digunakan sebagai salah satu unsur dalam judul artikel ini.