Film Laskar Pelangi Sarat Nilai Religius
Pada tahun 2008 film Laskar Pelangi dirilis (26/9/2008). Hingga saat ini film tersebut masih menarik dan menjadi pembahasan dan dapat disaksikan (lagi) melalui layanan streaming Netflix. Apakah Anda sudah pernah menyaksikan film ini? Sudah berapa kali Anda menyaksikan film tersebut?
Tangis dan Tawa
Film Laskar Pelangi diadaptasi dari novel karya Andrea Hirata dengan judul yang sama. Dalam film dengan mayoritas pemain anak-anak usia Sekolah Dasar tersebut sangat memikat jutaan penonton. Dalam rentang waktu sekitar enam bulan sejak rilis, film yang disutradarai oleh Riri Reza tersebut sudah ditonton 4, 6 juta orang.
Ada tangis haru dan tawa lucu saat menyaksikan film berdurasi 125 menit tersebut. Penonton bisa menitikkan air mata, tertawa spontan, dan merenung dengan tingkah para bocah yang lugu, lucu, dan begitu bersemangat dalam beraktivitas.
Film Sarat Nilai Religius
Andrea Hirata sebagai penulis novel, sebenarnya tidak berniat menerbitkan tulisan yang berisi kisah hidupnya itu. Andrea Hirata yang dilahirkan di Pulau Belitung pada tanggal 24 Oktober 1967 itu sangat terkesan dengan guru Sekolah Dasar-nya yang bernama Ibu Muslimah.
Sebagai ucapan rasa terima kasih kepada ibu gurunya itu, ditulislah Laskar Pelangi. Anda yang ingin membaca (lagi) buku yang sarat nilai religius bisa menonton di teks buku yang ditayangkan. Mengapa dikatakan sarat nilai religius?
Usaha yang sungguh-sungguh dari seorang guru bernama Muslimah untuk mendidik anak-anak sejak SD hingga jenjang setingkat SMP! Kondisi yang sederhana, jauh dari fasilitas sekolah yang memadai ternyata dapat membawa prestasi yang membanggakan sekolah.
Sosok Ibu Muslimah yang asli (bukan pemain film) dapat disaksikan dalam: Wawancara dengan Ibu Muslimah
Dampak orang yang membaca buku Laskar Pelangi sungguh luar biasa. Salah satu yang terekspos dapat disaksikan dalam: Dampak membaca buku Laskar Pelangi
Untuk mengenal tokoh penulis buku Laskar Pelangi, ada wawancara yang dapat disaksikan dalam tayangan: Wawancara dengan Andrea Hirata
 Film Laskar Pelangi memang tidak secara khusus mengupas masalah religius tpkoh-tokohnya. Namun, perilaku, sikap, pandangan hidup dan cita-cita tokohnya menggambarkan sikap orang yang mengenal Sang Penciptanya. Orang harus kuat dalam menggenggam cita-cita agar dapat tercapai meskipun banyak halangan menghadang.
Tokoh yang bertanggung jawab pada keluarga juga digambarkan oleh Lintang yang harus rela berhenti sekolah demi meneruskan pekerjaan sang ayah yang meninggal dunia. Sebagai seorang laki-laki Lintang harus mencari nafkah untuk keluarga.
Banyak sisi-sisi positif film Laskar Pelangi yang sayang kalau dilewatkan. Untuk generasi muda saat ini yang belum pernah menyaksikan film sarat pendidikan itu perlu menonton dengan serius. Bukan menonton sambil main gadget.
Sinopsis film ini dapat dibaca: Laskar Pelangi
Penajam Paser Utara, 5 April 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H